Dilansir dari TribunJabar.id, Syam memiliki dua orang anak yang masih SD dan SMP. Kala pandemi ini, anak-anaknya bahkan kesulitan lantaran tak memiliki ponsel untuk sekolah daring.
Untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, Syam bekerja serabutan mulai dari bertani, kuli bangunan, hingga memungut kayu bakar untuk pabrik tahu.
"Aktivitas sehari-hari bantu istri. Kalau ada tetangga yang menyuruh, jadi kuli bangunan atau jadi buruh tani di sawah orang lain.
Sekarang lagi gak ada pekerjaan, ya ngumpulin barang bekas untuk dijual," ujar Syam.
Hingga saat ini, sejumlah artis kondang yang pernah dibuatkannya lagu belum pernah mengunjunginya.
"Hingga saat ini belum pernah ada artis yang datang ke sini atau hanya sekadar memberikan kabar juga tidak ada. Mungkin mereka sibuk," ujarnya dengan nada getir.
Selama ini Syam tak berharap banyak, dirinya hanya ingin ada pengakuan atas karyanya tersebut.
Masih ada beberapa lirik lagu yang ditulisnya di kertas sisa coretan anaknya belajar. Syam sendiri disebut memiliki perjanjian dengan tempat produksi musik.
"Dari perjanjian dengan Yayasan dan perusahan tersebut, Syam Permana hanya diberikan sejumlah uang sebesar Rp 800 ribu per dua bulan dalam satu tahun.
Padahal hak yang dimaskud dalam Undang - Undang itu melekat dalam kepada pencipta selam 70 tahun," ujar Tim Kuasa Hukum Anggi Triana Ismail.
GridPop.ID (*)