GridPop.ID - Siapa yang tak kenal dengan sosok Aburizal Bakrie.
Aburizal Bakrie dikenal sebagai salah satu konglomerat terkaya di Indonesia.
Melansir dari Grid.ID, Mertua Nia Ramadhani itu sempat masuk daftar 100 orang terkaya di dunia versi Forbes.
Bahkan nama Aburizal Bakrie juga masuk daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2007 lalu.
Kemudian di tahun 2008, Aburizal juga disebut sebagai orang terkaya di Asia Tenggara oleh Majalah Globe Asia.
Jumlah kekayaan Aburizal Bakrie di tahun 2008 sempat mencapai USD 9.2 miliar dolar atau setara Rp 84.6 triliun.
Aburizal Bakrie memiliki perusahaan Grub Bakrie.
Melansir dari Kompas.com, kelompok usaha ini jadi pengendali beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan Grup Bakrie tersebut di antaranya adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Bakrieland Development Tbk (ELYT), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA).
Usut punya usut, kesuksesan Aburizal Bakrie sudah turun-temurun datang dari ayahnya, Achmad Bakrie.
Terbukti perusahaan Bakrie Grup yang masih bertahan selama 77 tahun.
Perjalanan hidupnya meniti karier, ia sampaikan saat ia menerima kunjungan dari delegasi mahasiswa pascasarjana dari Tsinghua University PBC School of Finance, China.
Namun siapa sangka, ternyata perjuangan Aburizal Bakrie mencapai titik ini sungguh tak mudah.
Melansir dari Suar.ID, Aburizal Bakrie pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya dan pernah bercerita mengenai perjalanan hidupnya.
Ia mengaku pernah terpuruk bahkan memiliki utang hingga 1 miliar dolar.
Mengingat kondisinya saat itu, Aburizal menyebut dirinya 'lebih miskin dari pengemis'.
Cerita lengkap perjalanan hidupnya tersebut, termasuk kiat-kiat ia kembali bangkit, ia tuangkan melalui tulisan di blog pribadi miliknya.
Dikutip TribunSolo.com dari laman blog Aburizal, ia menuliskan tentang kisah saat ia terpuruk.
Meski memiliki utang hingga miliaran dollar, ia mengakalinya dengan cara tak memperlihatkan kesusahannya sehingga rekan-rekan bisnisnya tidak akan lari darinya.
"Saat itu saya jatuh miskin. Bahkan saya jauh lebih miskin dari pengemis.
Ini karena saya memiliki utang yang sangat besar. Utang saya saat itu sekitar USD 1 miliar.
Di saat yang sulit ini biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari.
Karena itu di saat yang sulit ini, kita tidak boleh memperlihatkan kita sedang terpuruk. Jangan perlihatkan kita sedang gelap.
Seperti yang diajarkan ayah saya Achmad Bakrie; jangan biarkan dirimu di tempat yang gelap, karena di tempat yang gelap bayangan pun akan meninggalkanmu.
Maka saat susah itu saya tetap tegar dan tidak menunjukkan keterpurukan. Bahkan saya terpilih jadi ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk yang kedua kalinya.
Ia juga membebeberkan bagaimana rahasia yang akhirnya membuatnya kembali bangkit. Ia juga sanggup melunasi utang dan bisnisnya pun kembali berjalan.
Tapi yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari.
Banyak usaha yang saya lakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55% jadi tinggal 2,5%.
Saya juga mencari pinjaman sana-sini. Bahkan saya telah pergi ke 220 bank di seluruh dunia untuk menyelesaikan masalah saya.
Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 saya bisa bangkit kembali dan utang saya bisa dilunasi dan bisnis saya membaik kembali," pungkas Aburizal Bakrie dalam blognya pada 2010 silam.
GridPop.ID (*)