GridPop.ID - Kehiduapan rumah tangga Sarwendah dan Ruben Onsu sudah tidak perlu dipertanyakan lagi harmonisnya.
Bahkan saking sayang dan bertanggung jawabnya Ruben Onsu kepada sang istri, Sarwendah sampai dapat uang belanja Rp 40 juta sebulan.
Meski begitu, diam-diam Sarwendah simpan ketakutan ini hingga blak-blakan sebut dirinya sempat datangi psikolog saking takutnya jadi depresi.
Ada apa sebenarnya?
Kehiduapan rumah tangga Sarwendah dan Ruben Onsu memang dilimpahi dengan banyak harta duniawi.
Bagaimana tidak, Ruben Onsu kini telah menjelma jadi sultan geprek lantaran miliki banyak bisnis yang dijalani bersama Sarwendah.
Maka tak heran jika Ruben Onsu memberikan uang belanja dapur setiap bulan kepada Sarwendah sebesar Rp 40 juta.
Ruben berujar, uang dapur bisa sampai Rp 40 juta lantaran ada keperluan anak-anak selain makanan.
"Kalau keperluan dapur kan besar, karena ada anak, makanan bayi, terus makanan orang-orang yang kerja di rumah, makanan ini, jadi dia harus belanja," ujar Ruben Onsu.
Meski sudah hidup berkecukupan, nyatanya Sarwendah masih simpan ketakutan ini hingga datangi psikolog agar tidak depresi.
Melansir dari Grid.ID, hal ini terbongkar dalam kanal YouTube Jessica Iskandar pada Sabtu (20/6/2020) lalu.
Awalnya Jessica menyoroti Sarwendah yang terkenal memiliki banyak koleksi tas mewah.
Ia pun menyinggung penempatan barang-barang mahal tersebut hingga akhirnya terkuak jika Sarwendah mengalami OCD.
"Aku itu orangnya bukan ini, aku tuh orangnya perfeksionis, jadi semua barang harus rapi," tambahnya.
Mendengar hal tersebut, Jessica lalu menebak bahwa Sarwendah OCD dan tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan meski sedikit.
"oh OCD? kamu itu pasti berantakan sedikit enggak bisa?," tanya Jessica.
Ibu 3 anak itu kemudian membalas, dirinya bahkan sampai pergi ke psikolog untuk memeriksakan kondisinya.
Sebab, ia khawatir bila rasa perfeksionisnya malah berdampak tidak baik untuk diri sendiri ke depannya.
Sarwendah takut bila sesuatu yang tak sesuai harapannya justru malah membuatnya kecewa dan depresi.
"Perfeksionis mam, jadi aku sampai nanya ke psikolog, bukan karena aku sakit, tapi karena aku pengin mengetahui diri aku lebih baik," katanya.
"Jadi kayak apakah perfeksionisnya aku mengganggu kehidupan kah nantinya, takutnya akunya sedih, depresi,"
"takutnya kan ketika sesuatu enggak sesuai keinginan kita takutnya sedih, kecewa, depresi takut ke situ. Makanya aku perfeksionis," tambahnya.
GridPop.ID (*)