"Banyak orang menari dan menyanyi dan tidak ada yang benar-benar memperhatikan karena kami mengira mereka sedang berdoa kepada Tuhan," ujar Santo mewakili sukunya.
Itu adalah sebelum salah satu anggota sekte mengumumkan ia mendapatkan pandangan, yang mengatakan semua orang di desa tersebut harus membayar dosa mereka atau mati.
Minggu lalu, anggota sekte mulai menyeret korban ke sebuah gereja, dan mereka dipukuli dengan tongkat.
Anggota sekte juga berdiri dengan belati tajam, bersiap-siap untuk menyerang mereka yang gagal membayar dosa dengan tindakan yang memuaskan mereka.
El Terron terletak di jantung hutan wilayah Ngabe Bugle, teritori pesisir Karibia.
Saat ini, desa di Panama tersebut masih terisolasi dari dunia modern.
Penduduk yang tinggal di sana adalah 300 orang, hidup sebagai petani ketela pohon dan padi, dan mereka sebagian besar adalah Katolik Roma.
Baca Juga: Dijamin Tidur Pulas, Ini Dia Tips dan Trik Jitu Agar Rumah Tetap Sejuk Meski Tanpa Pendingin Ruangan
Kamis, pengacara lokal Rafael Baloyes menggabarkan apa yang telah ditemukan para investigator saat mereka datang di arena pembantaian.
"Mereka mencari keluarga korban untuk melaksanakan ritual dan mereka membunuh keluarga ini bersamaan, memperlakukan dengan kasar dan membunuh satu keluarga," ujar Baloyes.
"Mereka melakukan ritual di dalam struktur mereka. Dalam ritual tersebut ada orang-orang yang ditahan melawan kehendak mereka dan dikasari.
"Tujuannya adalah untuk membunuh mereka, jika mereka tidak membayar dosa mereka."