Find Us On Social Media :

99,5 Persen Pasien Meninggal karena Tidak Vaksin , Benarkah Vaksin Efektif Atasi Pandemi Covid-19, Begini Penjelasan Ahli!

By Andriana Oky, Senin, 5 Juli 2021 | 19:41 WIB

ilustrasi vaksin Covid-19

GridPop.ID - Vaksin menjadi salah satu langkah besar yang diambil untuk menanganai pandemi Covid-19 saat ini.

Seperti yang diketahui penyebaran Covid-19 kembali meningkat beberapa waktu belakangan ini di berbagai negara.

Tak hanya itu, varian baru Delta menjadi ancaman baru dari penyebaran Covid-19 yang sedang mewabah di berbagai belahan dunia saat ini.

Merujuk artikel terbitan Kompas.com, diungkapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat sekitar 99,5 persen orang meninggal karena Covid-19 selama 6 bulan terakhir, adalah mereka yang tidak vaksin.

Baca Juga: Banyak Nakes Gugur Meski Sudah Vaksin, Ikatan Dokter Indonesia Kini Ungkap Efikasi Vaksin, Benarkah Sinovac Tak Manjur?

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur CDC Dr Rochelle Walensky lewat jumpa pers di gedung putih pada Kamis (4/7/2021).

Ia menegaskan data statistik tersebut mencerminkan kemanjuran vaksin Covid-19.

“Dengan vaksin yang tersedia di seluruh negeri, penderitaan dan kerugian yang kita lihat sekarang sepenuhnya dapat dihindari,” ujarnya, seperti yang dilansir dari Forbes pada Kamis (1/7/2021).

Analisis sebelumnya dari Associated Press (AP) menemukan 99,2 persen dari lebih dari 18.000 orang yang meninggal karena Covid-19 dilaporkan pada Mei, adalah di antara individu yang tidak divaksin.

Direktur CDC ini melihat hal itu sebagai sinyal positif kemanjuran vaksin Covid-19, dengan ancaman varian delta yang lebih menular.

Diperkirakan saat ini, verian delta menyebabkan sekitar 25 persen dari kasus baru.

Baca Juga: Aturan Saat Masa PPKM Darurat Wajibkan Masyarakat Bawa Kartu Vaksin, Menhub Beri Penjelasan Syarat Bagi yang Belum Vaksin

Masih melansir dari Kompas.com, penyebaran varian delta dan varian lainnya masih membuat para ahli khawatir hingga saat ini.

Mereka menuturkan bahwa orang yang tidak divaksin memiliki resiko lebih tinggi untuk tertular virus tersebut.

Menurut ahli, vaksin Covid-19 hampir sempurna dalam mencegah kematian, sehingga penurunan kematian secara nasional menyembunyikan tingkat kematian akibat Covid-19 di antara orang yang tidak divaksinasi.

Hal ini berarti, tingkat kematian menunjukkan bahwa orang yang tidak divaksinasi tidak dalam kondisi aman.

Sementara itu, para ahli juga sering menunjuk tingkat rawat inap sebagai ukuran kritis pandemi, karena mereka mencerminkan jumlah orang yang menjadi sangat sakit.

Menurut CDC kasus long covid dapat terjadi pada orang-orang yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan, dan bahkan mereka yang benar-benar tanpa gejala.

Baca Juga: Suntikan Ketiga Vaksin Covid-19 Disebut Berpotensi Tingkatkan Antibodi Sampai 10-20 Kali Lipat, Ilmuan Sinovac Gercep Lakukan Penelitian, Begini Hasilnya

Namun, beberapa ahli berpendapat, ada bukti yang lebih meyakinkan bahwa long covid cenderung terjadi setelah infeksi Covid-19 yang parah atau bergejala.

Yang penting menjadi catatan adalah, Dr. Monica Gandhi, pakar penyakit menular dari Universitas California, San Francisco mengatakan, long covid tidak mungkin terjadi pada seseorang yang divaksinasi lengkap.

GridPop.ID (*)