Find Us On Social Media :

Sempat Tolak Vaksinasi, Pasien Positif Covid-19 Ini Justru Berakhir dengan Penyesalan, Sang Dokter Ungkap Fakta Mencengangkan

By Sintia N, Minggu, 18 Juli 2021 | 10:41 WIB

Ilustrasi Pasien Covid-19

GridPop.ID - Seluruh dunia saat ini masih berjibaku melawan pandemi covid-19 yang kian membandel.

Bahkan beberapa negara termasuk Indonesia melaporkan adanya peningkatan kasus yang cukup signifikan.

Dilansir dari Tribunnews.com, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus harian Covid-19 di Indonesia pada Sabtu (17/7/2021), bertambah sebanyak 51.952.

Meski jumlah ini tidak melampaui rekor kasus harian yang terjadi Kamis (15/7/2021) lalu, tapi angka ini masih menunjukkan tingginya kasus positif Covid-19 di RI dalam beberapa minggu terakhir.

Demi menekan jumlah kasus positif covid-19, berbagai cara pun dilakukan, salah satu melalui program vaksinasi kepada masyarakat.

Baca Juga: Nekat Berhubungan Seks Saat Hamil, Pedangdut Ini Ngaku Sampai Berjam-jam Lakukan Hal Intim di Tempat Ini

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menolak untuk di vaksin dengan berbagai alasannya.

Namun, kisah yang dialami oleh seorang pasien yang sempat menolak vaksin ini mungkin bisa jadi pengingat.

Seperti di banyak rumah sakit lain, jumlah pasien yang dirawat karena Covid-19 di Bradford Royal Infirmary, Inggris, juga meningkat tajam.

Dilansir dari BBC via Kompas.com, sekitar setengah dari pasien tersebut memilih untuk tidak divaksinasi.

Hal ini diungkapkan Dr John Wright, yang menangani Covid-19 di Inggris.

Menurutnya, mereka yang memilih tidak divaksin saat ini sangat menyesal.

Baca Juga: Hati-hati! Air Kelapa Ternyata Berbahaya Jika Dikonsumsi Orang dengan Riwayat Penyakit Ini, Begini Penjelasannya

"Saya ditawari vaksin, tapi saya arogan," kata Faisal Bashir, 54 tahun, salah satu pasien Covid-19 yang ditangani Dr Wright.

"Saya pergi ke gym, bersepeda, berjalan dan berlari. Mengingat saya kuat dan sehat, saya pikir saya tidak membutuhkan vaksin. Itu juga berarti bahwa jika ternyata tidak aman, saya tidak akan mengambil risiko apa pun."

"Tetapi kenyataannya adalah, saya tidak dapat menghindari virus itu. Virus itu masih menyerang saya. Saya tidak tahu bagaimana atau di mana virus bisa menyerang," tambahnya.

Faisal, yang dipulangkan baru-baru ini setelah seminggu di rumah sakit dan menerima pasokan oksigen, ingin memperingatkan orang lain untuk tidak melakukan apa yang dilakukannya.

"Apa yang saya alami di rumah sakit, seperti perawatan dan keahlian dokter, membuat saya akhirnya rendah hati," katanya.

"Orang-orang memenuhi rumah sakit dengan mengambil risiko dan itu salah. Saya merasa tidak enak. Saya merasa sangat buruk tentang hal itu dan saya berharap dengan berbicara itu membantu orang lain menghindari ini," tambahnya.

Baca Juga: Artis Pendatang Baru ini Jadi Korban Pembiusan hingga Kehormatannya Direnggut, Polisi Bongkar Motifnya

Dia adalah salah satu pasien Covid-19 gelombang keempat di Bradford Royal Infirmary.

Bulan lalu jumlah pasien di rumah sakit dengan Covid turun menjadi satu angka, untuk pertama kalinya sejak musim panas lalu.

Tapi pekan ini, pasien menuju angka 50, karena varian Delta "menaklukkan" semuanya.

Hal ini mencerminkan peningkatan angka Covid-19 di masyarakat, yang naik sepertiga dalam minggu lalu, menjadi hampir 400 kasus per 100.000.

Seperti yang telah lama terjadi, kaum mudalah yang mendorong hal ini ini, dengan tingkat remaja melebihi 750 per 100.000.

Mereka yang berusia 20-an, menyusul di belakangnya.

Meskipun beberapa dari mereka berakhir di rumah sakit, pasien sekarang rata-rata lebih muda daripada gelombang sebelumnya, yang lebih banyak di usia 30-an dan 40-an.

Baca Juga: Bukan Hanya Hamil di Luar Nikah, Wenny Ariani Akui Dosa Lain yang Pernah Dilakukan Bersama Rezky Aditya

Dr Wright mengaku, pada awalnya dia sempat mewaspadai vaksin karena kecepatan peluncurannya.

Dan dia kemudian berakhir dalam perawatan intensif selama sembilan hari.

"Sangat menyenangkan masih bisa hidup," katanya.

"Istri saya punya vaksin. Saya tidak. Saya enggan. Saya memberi diri saya waktu, saya berpikir bahwa dalam hidup saya, saya hidup dengan virus, bakteri, dan saya pikir sistem kekebalan saya cukup baik," tambahnya.

"Saya memiliki gejala Covid pada awal pandemi dan berpikir mungkin saya mengidapnya. Saya pikir sistem kekebalan saya akan mengenali virus dan saya akan memiliki pertahanan."

"Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya. Hampir mengorbankan nyawa saya. Saya telah membuat banyak keputusan konyol dalam hidup saya, tetapi ini adalah yang paling berbahaya dan serius," tambah dokter ini.

GridPop.ID (*)