GridPop.ID - Indonesia kini tengah menghadapi badai Covid-19 karena lonjakan yang terpapar semakin meningkat.
Bahkan situasi di Indonesia disebut paling mencekam saat ini, pemerintah sampai melakukan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.
Pada saat yang sama situasi ini malah kontras dengan negara yang paling dikhawatirkan WHO ini.
Mengutip Intisari.ID dari 24h.com.vn, pada Minggu (18/7/21), sebuah negara yang dulunya paling dikhawatirkan bisa menjadi episentrum Covid-19 malah bebas.
Negara tersebut adalah Niger, negara miskin di Afrika dengan penduduk 25 juta orang.
Saking amannya situasi di Niger, sebuah rumah sakit perawatan Covid-19 di Ibu kota Niger, Niamy hampir kosong selama beberapa bulan terakhir.
Fasilitas itu sampai dipenuhi debu karena tak ada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit tersebut.
Di jalanan, orang-orang Niger juga tidak menggunakan masker, dengan hari-hari berlalu tanpa ada yang positif Covid-19.
Permintaan vaksinasi di negara itu sangat rendah sehingga pemerintah Niger harus mengirim ribuan dosis vaksin ke luar negeri, menurut Wall Street Journal (WSJ).
Surat kabar Amerika itu menggambarkan Niger sebagai negeri yang telah dilupakan oleh virus SARS-CoV-2.
Baca Juga: Sembuh Dari Covid-19, Begini Penjelasan Mengejutkan Ahli Soal Waktu Vaksinasi Bagi Para Penyintas
Niger pernah dinilai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu negara paling rentan terhadap Covid-19 di Afrika.
Hingga saat ini, banyak negara Afrika dilanda epidemi Covid-19, tetapi Niger berbeda.
Negara ini semakin tidak melihat kasus baru infeksi Covid-19.
Menurut WSJ, penyebabnya mungkin terletak pada lokasi geografis dan lingkungan iklim.
Melansir dari Kompas.com dengan sekitar 80 persen wilayahnya terkurung oleh Gurun Sahara, Niger berada di bawah ancaman penggurunan dan perubahan iklim yang ekstrem.
Pertumbuhan penduduk yang sulit dikontrol juga membuat keadaan ekonomi penduduknya jadi semakin sulit.
Kerawanan pangan yang sangat tinggi membuat banyak penduduk menderita kelaparan.
Sekarang kondisi ekonomi Niger semakin buruk di tengah pandemi meskipun negara ini mencatat jumlah kasus yang cukup rendah.
Sani Issoufou, menteri perminyakan Niger, berkata sambil tersenyum, "Di sini, kita masih hidup seperti 2019."
Niger adalah negara berpenduduk 25 juta orang, luas dua kali lipat Texas, AS, saat ini telah mencatat sekitar 5.500 infeksi Covid-19 dan 194 kematian sejak wabah pada Maret 2020.
"Kami pikir jumlah kasus Covid-19 akan meroket, tetapi itu tidak pernah terjadi," kata Adamou Foumakoye Gado, ahli anestesi di unit perawatan intensif Covid-19 terbesar di Niger.
Namun di ibu kota, Niamey, tidak banyak tanda-tanda dampak Covid-19.
"Masa hidup virus SARS-CoV-2 di sini sangat pendek," kata Gado sambil berjalan melewati koridor sepi dari klinik 70 tempat tidur. Rumah sakit ini tidak lagi menerima pasien aktif sejak April.
Gado juga dipindahkan ke tim yang menangani epidemi malaria yang lebih mengkhawatirkan.
Pada akhir Mei, Niger membuat langkah langka berani di tengah pandemi untuk meminjamkan 100.000 jatang dosis vaksin AstraZeneca ke Pantai Gading, dan negara Afrika Barat lainnya.
Meskipun memiliki populasi yang sama, Pantai Gading berukuran empat kali lebih kecil dan memiliki 10 kali lebih banyak kasus daripada Niger.
Sementara itu, di pusat pengujian utama di ibu kota, Niamey, hari-hari berlalu tanpa ada yang positif, 4 banguan isolasi besar yang didirikan di awal pandemi selalu dibiarkan kosong.
"Iklim (panas dan kering) sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup virus di dalam tubuh manusia," kata Dr. Gado.
"Itu adalah keberuntungan kami," tambahnya.
Studi menunjukkan bahwa sinar matahari dan suhu tinggi secara signifikan mengurangi risiko penularan virus melalui jalur permukaan dan udara.
Langkah-langkah pencegahan epidemi pemerintah Niger juga efektif.
Niger mengunci, melarang kebaktian gereja dan menutup perbatasannya pada Maret 2020, lima bulan sebelum negara-negara Barat seperti Inggris mulai membatasi perjalanan.
"Kami memukul lalat dengan palu," kata Presiden Niger Mohamed Bazoum.
"Virus SARS-CoV-2 datang ke sini tetapi tidak pernah berkembang," katanya.
Meskipun tidak terpengaruh secara signifikan oleh Covid-19, ekonomi Niger telah hancur oleh perubahan iklim dan munculnya ekstremis.
GridPop.ID (*)