Para pegiat mengatakan bahwa kekerasan yang sering terjadi terhadap perempuan dan anak-anak perempuan di dalam rumah dipengaruhi oleh kentalnya patriarki yang tertanam, dan sering disetujui oleh para tetua keluarga.
Anak perempuan dan perempuan di India menghadapi ancaman serius, mulai dari risiko pembunuhan janin, karena masyarakat tradisional lebih menyukai anak laki-laki.
Kemudian, diskriminasi dan penelantaran. Kekerasan dalam rumah tangga merajalela dan rata-rata, 20 perempuan dibunuh setiap hari karena membawa mahar yang tidak mencukupi.
Perempuan dan anak perempuan di kota kecil dan pedesaan India hidup di bawah pembatasan ketat dengan kepala desa atau kepala keluarga sering mendikte apa yang mereka kenakan, ke mana mereka pergi, atau dengan siapa mereka berbicara.
Setiap kesalahan langkah dianggap sebagai provokasi dan harus dihukum.
Selain desa Savreji, desa bernama Baldiyapura, dekat Dholpur di negara bagian Rajasthan, India juga memiliki aturan serupa.
Dewan desa memberitahu para orangtua untuk melarang anak perempuan mereka memakai celana jeans, baju ketat, kaus oblong, atau T-shirt, dan pakaian Barat lainnya.
Para tertua di desa itu mengklaim bahwa pakaian yang memiliki daya pikat (atractive clothes) dan ponsel bergaya Barat “merusak budaya” masyarakat setempat, demikian laporan The Independent, Selasa (4/7/2017).
GridPop.ID (*)