Sedangkan untuk bagian dalam Astana Girilayu, di Komplek Kadaton telah terpasang tenda dan kursi untuk pihak keluarga Mangkunegaran.
Dilansir dari Kompas.com, Astana Girilayu, kompleks makam para Raja Keraton Puro Mangkunegaran, berada di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganya, Jawa Tengah.
Di makam tersebut bersemayam raja-raja Mangkunegaran, antara lain GKPAA Mangkunegaran I, Raden Mas Said atau dikenal dengan Pangeran Samber Nyawa hingga Mangkunegaran II, Mangkunegaran III beserta anak, istri dan kerabatnya.
Menurut keterangan salah satu pengurus Astana Girilayu Suparno, kompleks makam itu dibangun tahun 1795.
Letaknya berada 750 Mdpl di kaki Gunung Lawu dan saat ini, menurut Suparno, sudah ada lebih kurang 125 makam yang bersemayam di kompleks tersebut.
Untuk menuju ke Astana Mangadeg, masyakarat harus menempuh 7 kilometer dari Kota Kabupaten Karanganyar.
Sesampainya di pintu gerbang Astana Mangadeh, para peziarah harus berjalan kaki sekitar 500 meter untuk sampai ke lokasi makam.
Namun demikian, selama perjalanan itu para peziarah akan disambut suasana hening dan pepohonan rindang di sekitar yang membuasah hawa sejuk.
Di dalam kompleks Astana Mangadeg, terdapat beberapa bangunan yang sarat akan makna bagi peziarah.
Di antaranya, Gapura Adirasa yang memiliki simbol naga dan Gapura Belah.
Kedua bangunan itu mengingatkan, para peziarah harus teguh dan yakin kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai tujuan hidunya dan tidak boleh sombong.
Ada bangunan Masjid Kiai Hasan Nuriman, Gapura Agung, dan Tugu Tri Dharma. Semua bangunan itu, katanya, merupakan simbol falsafah Pangeran Samber Nyawa.
"Falsafah perjuangan Raden Mas Said itu rumongso melu andarbeni (merasa memiliki), wajib melu anggondeli (ikut mempertahankan) dan mulat sarira angrasawani (instrospeksi)," ucap Parno sapaan akrabnya.
GridPop.ID (*)