Find Us On Social Media :

Orangtua Siswa 'Menjerit' Keluhkan Masalah Keuangan Imbas Pandemi hingga Khawatir Anaknya Putus Sekolah, Begini Tanggapan Pihak Sekolah

By Lina Sofia, Selasa, 31 Agustus 2021 | 19:17 WIB

Ilustrasi pembelajaran tatap muka

GridPop.ID - Sekolah tatap muka terbatas mulai dilaksanakan pada Senin (30/8/2021) kemarin.

Sekolah tatap muka tak hanya menyasar pada sekolah Negeri yang ada di DKI Jakarta.

Sejumlah sekolah swasta pun juga tercantum dalam daftar 610 sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka terbatas.

Satu diantaranya, ialah SMKS 17 Agustus 1945 2 Jakarta yang berlokasi di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

Dilansir dari Tribun Jakarta, menurut Kepala Sekolah SMKS 17 Agustus 1945 2 Winarno, pelaksanaan sekolah tatap muka ini begitu disambut antusias oleh anak-anak.

"Anak-anak antusias apalagi SMK kan harus praktek. Di hari pertama ini, tidak ada kendala berarti, semua sudah siap. Prokes kita jalankan dari depan, masuk cuci tangan dulu, baru dites suhunya. Kalau lebih dari 37 derajat, ada ruang isolasi. Kebetulan hari ini nggak ada yang lebih dari 37 derajat. Jadi semua langsung bisa masuk kelas," kata Winarno, Senin (30/8/2021).

Menurut Winarno, tak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan hari pertama sekolah tatap muka kali ini.

Hanya saja, kendala lebih kepada pelaksanaan pembelajaran secara umum selama pandemi Covid-19.

"Khususnya bagi sekolah swasta. Jadi kita saat PPKM diperpanjang, sedihnya membayangkan di situ. Membayangkan orangtua dalam kondisi yang berat," kata Winarno.

Baca Juga: Awalnya Ingin Lihat Harta Benda di Kosan Usai Ditinggal Gegara Pandemi, Siswa Ini Mendadak Syok Temukan Pemandangan Mengerikan di Area Jemuran Pakaian

Winarno bercerita, banyak orangtua murid yang mulai mengeluhkan masalah keuangan selama pandemi Covid-19.

Alasannya, mulai dari terdampak pengurangan karyawan imbas pandemi Covid-19, atau juga pengurangan gaji selama bekerja di tengah pandemi Covid-19.

Bahkan, ada sejumlah anak didiknya yang terpaksa sampai menunggak SPP hingga dikhawatirkan tidak lanjut sekolah.

"Biasanya kami beri waktu, bayaran nunggak gapapa yang penting sekolah dulu, perbulannya Rp 350 ribu. Keluhan banyak, mungkin hampir semua (sekolah) swasta,"

"Kita kasih toleransi, lalu anak-anak bayar pakai KJP, alhamdulillah KJP membantu bisa meringankan beban. Meskipun harapan kami semua dapat," kata Dia.

Memang, dia mengakui sejauh ini Pemprov DKI Jakarta telah memberikan stimulus kepada para siswa. 

Salah satunya, melalui program Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang bisa dipergunakan untuk keperluan sekolah.

Namun harus diakui, kata Winarno program ini tidak menyasar kepada 100 persen anak didiknya.

Terlebih, ada beberapa anak yang berasal dari luar DKI Jakarta dan tidak memiliki KJP.

"Kalau warga DKI, alhamdulillah masih kebantu. Yang kasihan yang dari luar DKI. (Siswa) yang dari luar DKI ada. Memang gak banyak sih, tapi ada," imbuhnya.

"Ya mungkin kita harus lebih semangat lagi. 1,5 tahun ini kan cukup lama. Ekonomi lagi susah. Jadi banyak orangtua ini, kalau dulu ada angkot, sekarang anak-anak harus naik ojek. Kalau PP (pulang-pergi) agak mahal. Ada beberapa orangtua yang mengeluhkan sering-sering tatap muka dengan kondisi pendapatan mereka ini," tuturnya.

Baca Juga: Bikin Mewek! Kisah Pilu 2 Bocah SD yang Terpaksa Bobol Celengan Hasil Menabung 2 Tahun Demi Bisa Beli HP untuk Sekolah Online

Sejumlah keluhan seringkali dilontarkan oleh pihak orangtua murid selama pandemi Covid-19.

Hal ini, yang kemudian menjadi perhatian khusus bagi pihak sekolah di SMKS 17 Agustus 2 Jakarta.

Selain memberikan toleransi, Winarno menyebut, pihaknya juga telah memfasilitasi siswa yang terkendala dalam pelaksaan pembelajaran jarak jauh.

"Sekolah mengadakan HP, Jadi istilahnya kami pinjamkan. Tapi juga gak banyak. Kemarin yang mengajukan ada 10 siswa. Tapi tertangani 9 orang, dan yang tidak ada 1 orang. Akhirnya kita belikan 1 dengan sistem pinjam. Karena kalau dia mau bayar berat. Nanti kalau sudah selesai PJJ, dikembalikan sebagai inventaris sekolah," kata Winarno.

"Memang kondisi ekonomi lagi seperti ini, sekolah paham. Oleh karena itu saya juga tekankan ke guru ngajarnya jangan terlalu berat. Gak usah sampai keluarkan biaya-biaya. Kalau bisa, saya minta ke diskusi aja. Bagaimana kreatifitas muncul. Kalaupun harus ada prakarya, usahakan dari daur ulang saja yang gak ada biaya," ujarnya.

Dilansir dari Kompas.com, sementara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Pusat tak menemukan pelanggaran protokol kesehatan pada hari pertama pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama Senin (31/8/2021) kemarin.

"Jadi yang berjalan kemarin di sekolah-sekolah sudah sesuai ketentuan. Jumlah siswa dibatasi, disiplin pakai masker dan jaga jarak," kata Bernard saat dihubungi, Selasa (31/8/2021).

"Saat pulang itu juga dibuat bergilir jarak waktu 10 menit sehingga tidak berkerumun," katanya.

Petugas Satpol PP juga melakukan pengawasan di sejumlah titik yang rawan dijadikan tempat nongkrong pelajar sepulang sekolah. Hasilnya, tidak ditemukan ada pelajar yang berkumpul usai sekolah tatap muka.

"Tidak ada, jadi tertib, langsung pulang ke rumah semua," katanya. Bernard memastikan pengawasan oleh satpol PP tak hanya dilakukan pada hari pertama PTM saja, namun akan dilakukan terus menerus.

Baca Juga: Siswa SMP Ditemukan Tewas Mengenaskan di Toilet Sekolah, Polisi Tangkap Senior yang Diduga Pelaku Pembunuhan 

GridPop.ID (*)