GridPop.ID - Setelah lepas dari Indonesia pada 1999, Timor Leste tak pernah lepas dari sorotan.
Pasalnya sebagai negara merdeka, Timor Leste disebut-sebut tidak bisa menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Bahkan kini, Timor Leste siap-siap 'diperas' perusahaan Australia setelah tergiur dengan projek sumur Buffalo-10.
Perusahaan Australia itu bakal mengebor sumur Buffalo-10 di lepas pantai Timor Leste yang sangat dinanti.
Seperti yang dilansir dari Serambinews, jika proyek pengeboran ini berhasil dapat membuka lebih dari 30 juta barel minyak.
Carnarvon Petroleum Australia mengatakan Kamis 2 September 2021, bahwa alat pendongkrak pengeboran (rig pengeboran jack-up) Valaris JU-107 telah dikontrak untuk mengebor sumur Buffalo-10 setelah unit tersebut menyelesaikan kontraknya saat ini.
Anjungan tersebut saat ini beroperasi di Laut Timor, sekitar 300 km dari lokasi Buffalo, dan diperkirakan akan menyelesaikan operasi tersebut dalam waktu sekitar delapan hingga 10 minggu dari sekarang.
Melansir dari Intisari Online, ladang minyak Buffalo awalnya ditemukan pada tahun 1996 oleh BHP dan menghasilkan 20,5 juta barel minyak ringan antara tahun 1999 dan 2004.
Operator Carnarvon Petroleum yang terdaftar di Australia, dan mitra yang terdaftar di Inggris, Advance Energy, pun berharap untuk mengembangkan lebih dari 30 juta barel minyak.
Jika semua terlaksana dengan baik, maka pengeboran akan dimulai akhir Oktober dan hasilnya akan keluar awal Desember 2021.
Cadangan minyak yang disebut loteng tersebut adalah minyak/gas yang terletak di antara sumber tertinggi dalam reservoir dan segel reservoirnya.
Biasanya sangat sulit memproduksi minyak cadangan jenis ini.
Jika pengeboran terbukti berhasil dan mereka menemukan sekitar 30 juta barel minyak, maka Timor Leste dapat mengantongi sekitar USD 450 juta selama masa proyek lima tahun, menurut Peter Strachan, seorang analis energi independen yang berbasis di Perth.
Ini didasarkan pada harga minyak USD 75 per barel dengan biaya pengembangan dipatok USD 450 juta dan biaya operasi USD 1.050 juta.
Jika biaya pembangunan kurang dari USD 450 juta ($15/barel), maka pemerintah Timor Leste akan menerima lebih banyak.
Jika proyek ini lolos, maka Timor Leste kembali terjebak dalam urusan pengeboran minyak bersama Australia yang sudah lama memperalat mereka demi cadangan minyaknya.
GridPop.ID (*)