Find Us On Social Media :

Maulid Nabi Muhammad Sudah di Depan Mata, Intip Keunikan Tradisi Sekaten yang Selalu Dilakukan Oleh Masyarakat Surakarta dan Yogyakarta

By Luvy Octaviani, Jumat, 8 Oktober 2021 | 08:36 WIB

Rombongan gamelan sekaten yang mulai memasuki Masjid Agung Surakarta

Kesenian yang ditampilkan antara lain selawatan, samprohan, dan berjanjen yang diiringi gamelan, rebana, jedor, genjreng, dan terbang. Upacara itu digelar selama satu minggu dengan ditandai keluarnya gamelan dari Keraton untuk dibunyikan di Masjid Agung. Mengingat upacara ini suci dan sakral, pengunjung yang hendak melihat disyaratkan mencuci kaki dan membaca kalimat syahadat.Pada Keraton Surakarta, gamelan Sekaten itu terdiri dari dua perangkat, yakni Gamelan Kiai Guntur Madu dan Gamelan Kiai Guntur Sari. Kedua gamelan pusaka mulai diangkut dari Kori Kamandungan Lor Keraton Surakarta. Gamelan dipindahkan menuju Masjid Agung dengan cara dipikul dan diarak. Puluhan abdi dalem keraton, putra maupun putri turut serta mendampingi pemindahan gamelan dengan mengenakan pakaian tradisional Jawa. Ketika sampai tengah alun-alun, rombongan berbelok ke arah barat menuju jalan yang mengarah ke Masjid Agung. Ketika sampai halaman masjid, iring-iringan gamelan dibagi menjadi dua. Gamelan Kiai Guntur Madu dibawa ke sebelah selatan, sementara Gamelan Kiai Guntur Sari dibawa ke sebelah utara. Keduanya ditempatkan di sebuah ruangan bernama Bangsal Pradonggo. Sedangkan pada Keraton Yogyakarta, terdapat keunikan gamelan milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang bernama Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Naga Wilaga. Gamelan tersebut akan diarak dari Bangsal Pancaniti ke Masjid Gedhe untuk kemudian ditabuh selama tujuh hari.Puncak acara Puncak rangkaian upacara tradisional Sekaten adalah tanggal 12 Rabiul Awal, tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, ditandai upacara Grebeg Muludan. Grebeg ini merupakan sedekah yang dilakukan oleh pihak Keraton kepada masyarakat berupa gunungan yang berisi hasil bumi yang tersusun melingar. Akhirnya, setiap orang yang hadir akan berebut hasil bumi. Masyarakat percaya, kalau mereka mendapatkan hasil bumi akan terbebas dari segala macam bencana dan malapetaka. Sampai saat ini, Sekaten masih dilaksakan dan dilestarikan oleh Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Baca Juga: Bak Disambar Petir, Viral Kabar Pernah Nikah Siri dengan Wika Salim, Hotman Paris Tak Tinggal Diam hingga Ungkap Fakta Mengejutkan: Ampun Deh, Pansos Anda-andaGridPop.ID (*)