GridPop.ID - Seperti kita tahu, kondisi negara Afghanistan belakangan ini memang cukup memprihatinkan.
Situasi bahkan semakin memburuk akibat kekeringan berkepanjangan dan rakyat miskinlah yang harus membayar harga paling mahal, seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Jumat (19/11/2021) via GridHot.ID.
"Pandemi Covid-19, krisis pangan yang telah berlangsung, dan datangnya musim dingin semakin memperburuk keadaan," menurut laporan yang baru diterbitkan oleh UNICEF, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kepada anak-anak di seluruh dunia.
"Pada 2020, hampir setengah dari populasi Afghanistan sangat miskin dan tidak bisa memenuhi kebutuhan seperti nutrisi dasar atau air bersih," menurut laporan tersebut.
Akibatnya, sebagian penduduk setempat terpaksa melakukan tindakan tak lazim seperti jual anak demi bisa bertahan hidup di tengah kondisi krisis.
Mohammad Ibrahim, penduduk Kabul, adalah salah satu dari banyak orang yang tidak punya pilihan lain selain menawarkan anak perempuannya yang berusia 7 tahun bernama Jamila untuk dijual.
Uang hasil jual anak Jamila akan dipakai untuk membayar utang-utang keluarganya.
"Seseorang datang dan mengatakan kepada saya untuk membayar utang atau 'Saya akan membakar rumah Anda hingga jadi abu'," kata Ibrahim kepada DW.
Namun dia mendapat tawaran untuk "menyerahkan anak perempuannya" guna melunasi utang.
"Pria itu orang kaya," lanjut Ibrahim. "Dan saya tidak punya pilihan lain dan saya menerima untuk menukarkan anak saya untuk membayar utang sebanyak 65.000 Afghani (sekitar Rp10 juta)."
Di Provinsi Badghis di Afghanistan barat, warga telah lama mengalami kekeringan dan terpaksa meninggalkan rumah dan desa mereka.
Najeeba, anak perempuan muda yang tinggal di sebuah kamp, telah diperdagangkan oleh keluarganya dengan harga 50.000 Afghani atau sekitar Rp 7,7 juta.
"Di malam hari sangat dingin dan kami tidak punya apa-apa untuk menghangatkan rumah kami. Kami ingin LSM membantu kami," kata Najeeba kepada DW.
"Saya masihlah seorang anak perempuan. Saya punya dua saudara laki-laki, satu saudara perempuan dan seorang ibu. Saya belum mau menikah dan ingin belajar dan mengenyam pendidikan," tambahnya.
Gul Ahmad, ayah dari Najeeba, tidak melihat ada pilihan lain selain menjual anak-anak perempuannya yang lain untuk memenuhi kebutuhan.
"Saya tidak punya pilihan lain dan jika kami ditinggalkan, saya terpaksa menjual anak perempuan saya yang lain seharga 50, 30 atau bahkan 20 ribu Afghani," terangnya.
Tak cuma di Afghanistan, kasus orang tua jual anak nyatanya juga terjadi di Indonesia.
Seorang ibu di Palembang, Sumatera Selatan terciduk polisi saat menjual bayinya yang masih berusia 1 bulan.
Melansir Kompas.com, pelaku berinisial AN (25) mengaku menjual bayinya karena himpitan ekonomi.
Mirisnya lagi, pelaku diketahui menawarkan bayi yang baru dilahirkannya itu dengan harga Rp 7 juta.
Dari hasil penyelidikan polisi, terkuak bahwa otak dibalik kasus penjualan bayi yang dilakukan AN ternyata adalah suaminya sendiri yakni BB (26).
Saat ini, kedua pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dan diamankan di Polda Sumatera Selatan.
GridPop.ID (*)