Find Us On Social Media :

Kejanggalan Kasus Pencabulan Guru Pesantren di Bandung, Mulai dari Sistem Pengajaran hingga Iming-iming yang Diucap Pelaku Pada Para Santriwati

By Ekawati Tyas, Senin, 13 Desember 2021 | 07:32 WIB

Ilustrasi - Pencabulan bergilir

GridPop.ID - Terungkap awal mula kasus pencabulan yang dilakukan oleh guru pesantren terhadap 12 santriwati di Kota Bandung.

Dilansir dari Kompas.com, hal itu diceritakan oleh anggota DPR RI Dedi Mulyadi dari santriwati yang pertama kali mengungkap kasus ini.

Kasus yang terjadi sejak 4 tahun ini, kata Dedi bisa terungkap ketika salah satu paman korban mengirim putrinya untuk menjadi santriwati di pesantren milik pelaku yang ada di kawasan Antapani, Kota Bandung.

Saat di sana, muncul kecurigaan santriwati baru itu terhadap sejumlah rekannya termasuk sepupunya yang telah lebih dulu di pesantren tersebut.

Santriwati baru itu kemudian melapor pada ayahnya dan meminta untuk mengecek kondisi sepupunya.

Lalu sang ayah memberitahu orang tua keponakannya tentang kondisi putrinya itu.

Setelah itu saat salah satu korban pulang, ia diinterogasi dan sempat tak mau mengaku jika kondisinya sedang hamil lantaran ketakutan.

Tapi setelah didesak, akhirnya korban mengaku telah dihamili oleh guru pesantrennya.

Baca Juga: Ustaz Cabul di Bandung Siapkan Basecamp untuk Tampung Santriwati, Lahiran Hanya Diantar Sesama Korban hingga Beri Alasan Ini Pada Dokter Saat Ditanya Soal Keberadaan Suami

"Korban didoktrin untuk lebih takut pada guru daripada orangtuanya. Awalnya tidak mengaku, namun setelah didesak akhirnya mengaku," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon WhatsApp, Minggu (12/12/2021).

Korban lalu membuat laporan ke Polda Jabar.

"Saat membuat laporan itu, pelaku masih menelepon korban agar segera pulang. Bahkan pelaku mengirimkan mobil untuk menjemput korban," jelas Dedi.

Akhirnya kasus pencabulan itu perlahan bisa terungkap dan muncul belasan korban.

Berdasarkan cerita yang disampaikan korban, kata Dedi memang pelaku sengaja melakukan aksi bejatnya hingga santriwati hamil dan kemudian mendirikan panti asuhan.

Nantinya tempat itu dijadikan penampungan anak dari hasil aksi pencabulan pelaku.

"Kemudian panti asuhan itu nantinya dijadikan ladang oleh pelaku untuk mendapat bantuan keuangan," kata Dedi.

Pelaku, ujar Dedi telah berniat mencabuli sejak awal sehingga ia mencari santriwati yang masih polos dan berasal dari wilayah pedalaman.

Baca Juga: Nafsu Birahi Tak Bisa Dibendung, Guru SD di Cilacap Cabuli 15 Siswi Berdalih Rasa Iseng, Manfaatkan Kesempatan Ini Demi Lancarkan Aksi Bejatnya

Dedi menyebutkan, pelaku berasal dari Garut, sementara istrinya dari Tasikmalaya.

Karena dari Garut, pelaku mudah mencari korban di wilayahnya sendiri, yakni dari Garut selatan.

"Pelaku mengiming-imingi korbannya untuk sekolah dan pesantren gratis," kata Dedi.

Sistem pengajaran di pesantren itu pun terbilang janggal lantaran santriwati diajarkan oleh pelaku, sedangkan santri laki-laki oleh istri pelaku.

"Kan biasanya di pesantren, santri perempuan oleh istri gurunya. Tapi ini terbalik. Dari awal sudah janggal," kata Dedi.

Sementara itu dilansir dari TribunJabar.ID, sosok pelaku pencabulan itu kata salah satu tetangga yang bernama Ashari adalah orang yang pendiam dan terkadang acuh.

Ia juga merasa geram atas perbuatan HW terlebih para korban banyak yang hamil hingga melahirkan.

Saat ini HW tengah diadili di Pengadilan Negeri Bandung.

Baca Juga: Bau Bangkai yang Ditutupi Tercium Juga, Pelaku Pencabulan 12 Santriwati Tutupi Kebusukannya Pakai Cara Tak Terduga Ini, Tetangga Sampai Ngaku Ketipu

GridPop.ID (*)