“Kucing sering hidup dan makan di kaki tangga.
Tempat ini cukup lembab, gelap, tidak ada jendela, konveksi udara, sehingga pada hari yang panas, baunya sangat tidak sedap.
Saya telah melihat banyak tamu pergi karena kotoran kucing. Karena masalah ini, restoran saya juga terkadang menerima ulasan bintang 1 dari pelanggan.
Biaya tempat dan operasional cukup mahal, tanpa pendapatan saya tidak akan bisa bertahan,” ujarnya.
Pemilik restoran ini mengatakan bahwa dia tidak pernah merawat hewan, tidak mengenal kelompok penyelamat, sehingga dia tidak tahu kemana harus meminta bantuan.
Di fanpage restoran, orang ini juga memposting permintaan maaf. Saat ini, toko-toko Eropa masih buka untuk operasi normal.
Namun, baru-baru ini, banyak warganet menemukan bahwa, setelah beberapa saat, restoran ini telah menghapus postingan permintaan maaf, dan juga mengunci bagian komentar di bawah artikel.
Hal ini, sekali lagi membuat marah warganet, yang mengira restoran itu sengaja menutupi kesalahan mereka, mengunci komentar agar tidak ada yang bisa mengomentari insiden yang terjadi bulan lalu.
Sementara dalam kasus yang lain sempat terjadi juga di Tanah Air terkait penyiksaan terhadap kucing.
Dilansir dari Tribun Batam, viral sebuah video penganiayaan terhadap kucing yang sempat di media sosial.
Video berdurasi 16 detik itu memperlihatkan seorang pemuda memasukan petasan ke dalam anus kucing.