Find Us On Social Media :

Siap-siap Orang Miskin Bertambah? Harga Kebutuhan Pokok Naik Jadi Alasan Lonjakan Inflasi, Ini Kata Ahli

By Arif B, Selasa, 12 Juli 2022 | 12:01 WIB

Inflasi akibat kenaikan harga pokok berpotensi menambah angka kemiskinan di Indonesia.

GridPop.ID - Memasuki momentum Hari Raya Idul Adha, sejumlah harga kebutuhan pokok naik.

Hal ini pun menjadi salah satu alasan lonjakan inflasi di Indonesia.

Pemerintah pun harus putar otak untuk menekan hal ini agar tidak menambah angka kemiskinan.

Melansir dari Kompas.com, per Senin (11/07/2022), sejumlah harga kebutuhan pokok naik.

Salah satu komoditas yang harganya naik adalah cabai merah keriting.

Harga cabai merah keriting hari ini dibanderol Rp 108.833 per kilogram atau naik Rp 12.166 jika dibandingkan harga kemarin.

Selain itu, harga cabai rawit merah juga naik hari ini.

Harga komoditas tersebut tercatat naik Rp 4.467 menjadi di angka Rp 115.875 per kilogram.

Namun, ada juga harga sembako yang mengalami penurunan pada hari ini meskipun masih tergolong mahal.

Baca Juga: Angin Segar di Tengah Harga Kebutuhan Pokok Naik, Pemerintah Bakal Beri Subsidi Gaji Pekerja Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Kemenaker Janji Cair Apil 2022!

Misalnya, harga ayam broiler yang turun sebesar Rp 1.307 menjadi Rp 40.000 per ekor jika dibandingkan harga kemarin.

Dikatakan Ekonom Center Of Reform Economics (CORE) Yusuf Rendy Manelit, kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi penyumbang inflasi.

Kata dia, inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan berpotensi menambah angka kemiskinan di Indonesia.

“Kenaikan laju inflasi ada pengaruhnya terhadap batas garis kemiskinan, umumnya kenaikan inflasi juga akan meningkatkan garis kemiskinan. Kondisi inilah yang kemudian berpotensi meningkatkan jumlah penduduk miskin,” kata Rendy kepada Kontan.co.id, Minggu (10/07/2022).

Terlebih Rendy menekankan, angka kemiskinan akan meningkat jika kenaikan harga pangan terjadi pada komoditas strategis yang umumnya dibutuhkan oleh hampir semua masyarakat.

Oleh karenanya Rendy menyebutkan perlu langkah mitigasi yang baik dari pemerintah dalam mengatasinya.

Pertama, pemerintah perlu memastikan agar harga pangan ini tidak naik lebih menggila.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan memantau ataupun operasi pasar dan memastikan produksi komoditi pangan khususnya pangan strategis mencukupi, setidaknya sampai dengan akhir tahun 2022.

“Sehingga ketika konsumen meningkatkan permintaan terhadap komoditas pangan ini tidak akan diikuti dengan kenaikan laju harga,” kata Rendy.

Baca Juga: UPDATE Harga BBM Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex di 34 Provinsi yang Resmi Naik

Kedua, bantuan langsung yang diberikan oleh pemerintah.

Rendy menjelaskan, sebenarnya bantuan yang disalurkan oleh pemerintah saat ini yang salah satunya memberikan subsidi dalam bentuk sembako sudah tepat.

Sehingga hal ini dapat menjaga daya beli masyarakat ketika terjadi kenaikan harga pangan.

Namun dia menilai dalam keadaan seperti sekarang, mereka yang mendapatkan batuan bukan hanya mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan tetapi juga masyarakat yang hidup di sekitar garis kemiskinan.

“Saya kira masyarakat yang katakanlah hidup di sekitar garis kemiskinan juga perlu mendapatkan perhatian bantuan jika memang nanti harga pangan mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini dimaksudkan agar angka kemiskinan kita tidak bertambah,” tutur Rendy.

Seperti yang diketahui, kenaikan harga pangan telah terjadi di beberapa bulan terakhir.

Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan ini pun mengakibatkan lonjakan inflasi di dalam negeri.

Bahkan, inflasi melampaui level yang ditetapkan pemerintah sebesar 2%-4% pada APBN 2022.

Baca Juga: Siap-siap Rogoh Kocek Makin Dalam, Harga Elpiji Naik per 10 Juli 2022, Ini Daftar Harga di Tingkat Agen Setiap Daerah

GridPop.ID (*)