Edwin mengimbau agar milenial bisa mengutamakan kebutuhan saat ini dan masa depan, mulai dari sandang, pangan, dan papan yang cenderung tidak stabil seiring dengan inflasi.
Milenial yang sudah memiliki penghasilan pun harus bisa mengalokasikan pendapatannya dengan rumus 40-30-20-10.
“Bisa menggunakan rumus 40-30-20-10, yaitu 40 persen pendapatan dianggarkan untuk keperluan sehari-hari, 20 persen cicilan produktif dan 10 persen cicilan konsumtif, 20 persen aset rencana jangka panjang, serta 10 persen untuk keperluan sosial,” ungkapnya.
Edwin menekankan, milenial tidak perlu takut untuk menerapkan gaya hidup sederhana, sebab hal ini tidak akan menurunkan derajat.
Walaupun hiburan dan jalan-jalan merupakan khas milenial, namun bukan berarti kamu harus terus mengikutinya dan mengabaikan kondisi keuangan.
Di sisi lain, berhemat bukan berarti kamu tidak bisa menikmati hidup dengan berjalan-jalan juga lho.
Tips cermat yang bisa kamu coba untuk mempersiapkan biaya hiburan misalnya dengan cara menabungnya dari penghasilan non-rutin, seperti bonus tahunan, THR, atau penghasilan tambahan.
Edwin juga menjelaskan pentingnya memiliki alokasi dana darurat sebelum berutang, sebab utang merupakan hal yang harus dikelola dengan baik.
Menumpuk utang tanpa memiliki dana darurat berisiko menyebabkan defisit neraca keuangan pribadi.
Apabila memang ingin mencicil membeli sesuatu, pastikan barang tersebut memiliki lebih banyak manfaat daripada biaya kepemilikannya.
Agar gaya hidup tidak lebih besar dari kenaikan pendapatan, ia pun menegaskan pentingnya membuat skala prioritas.