Selain itu, Rosi juga aktif berkegiatan di majalah sekolah, Serviant.
Seusai lulus dari SMA Santa Ursula, gadis Batak ini mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri, memilih jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia.
Namun, Rosi gagal lolos di pilihan pertamanya, ia diterima di pilihan kedua, yaitu Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Rosi mencari pekerjaan sesuai dengan minat dan bakatnya di bidang Jurnalistik.
Rosi pernah bekerja beberapa bulan pada sebuah perusahaan periklanan sambil menunggu panggilan dari TVRI yang sebelumnya ia mencoba mendaftar.
Selang beberapa bulan, akhirnya Rosi mendapatkan panggilan kerja dari TVRI dan diterima sebagai reporter.
Pada tahun 1999 stasiun Televisi SCTV membuka lowongan pekerjaan untuk reporter dan presenter baru, Rosi mendaftar.
Berkat kecerdasan dan kemampuan yang ia miliki di bidang jurnalistik, Rosi berhasil lolos seleksi di SCTV.
Dalam kurun waktu satu tahun, nama Rosianna Silalahi mulai dikenal publik, karena ia kerap tampil sebagai pembaca berita juga kerap melakukan reportasi di lapangan.
Setelah dua senior Rosi, Ira Koesno dan Arief Suditomo keluar dari SCTV, ia berkesempatan menggantikan kedua 'ikon' SCTV tersebut sebagai jurnalis andalan.
Pada tahun 2003, Rosi terpilih sebagai salah satu dari 6 jurnalis TV Asia yang mendapat kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Presiden Amerika Serikat, George Bush di Gedung Putih, Washington DC.