Find Us On Social Media :

Tak Kuat Tahan Nafsu Lihat yang Putih & Ganteng, Guru Ngaji di Banjarnegara Nekat Cabuli 7 Santri Laki-lakinya Sejak 2021, Perbuatan Bejat Akhirnya Terbongkar karena Ini!

By Arif B, Kamis, 1 September 2022 | 18:02 WIB

Guru ngaji di Banjarnegara berinisial SAW atau JS (32) ditangkap karena mencabuli 7 santri laki-laki sejak November 2021

GridPop.ID - Perbuatan bejat yang dilakukan guru ngaji di Banjarnegara berinisial SAW alias JS (32) akhirnya terbongkar.

Melansir dari TribunnewsSultra, tersangka telah mencabuli tujuh santri laki-laki di tempatnya mengajar.

Perbuatan bejat tersangka dilakukan sejak November 2021.

Kepada AG (15), salah seorang korban, tersangka telah mencabulinya sebanyak empat kali.

Masing-masing dua kali pada bulan Juni dan Juli 2022 lalu yang dilakukan di rumah tersangka.

Oleh karenanya perbuatan tersangka pun kemudian diadukan AG kepada guru ngaji pengganti ketika tersangka sedang ulang ke Aceh untuk menemani istrinya melahirkan.

Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto.

"Pada saat pergi kegiatan belajar digantikan guru lain, sehingga santri yang pernah mengalami perbuatan cabul cerita kepada guru yang menggantikan," katanya melalui keterangan tertulis, Rabu (31/8/2022).

Hendri mengungkapkan, setelah menerima laporan kejadian tersebut, pihaknya langsung menangkap tersangka di rumahnya pada 25 Agustus 2022 sekitar pukul 11.00 WIB.

Baca Juga: 'Aku Disuruh Pegang Burung Ustaz', Pilu Bocah di Bawah Umur Jadi Korban Pencabulan Oknum Guru Ngaji, Semua Berawal dari Kalimat 'Tolong Bantu Bapak'

Melansir dari Kompas.com, SAW alias JS (32) yang mencabuli tujuh santri laki-laki di Banjarnegara, Jawa Tengah, ternyata mengalami kelainan seksual.

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto mengatakan, tersangka mengaku suka terhadap anak laki-laki yang berkulit putih, bersih, dan ganteng.

"Tersangka mempunyai kelainan seksual, di mana nafsu melihat anak yang kulitnya putih, bersih dan ganteng," ungkapnya.

Lebih lanjut, Hendri menjelaskan, modus tersangka yaitu dengan memanggil korban datang ke rumahnya.

Di rumah tersebut tersangka melakukan perbuatan tidak senonoh kepada korban.

Hendri mengatakan, dari tujuh santri yang menjadi korban pencabulan, baru enam orang yang telah dimintai keterangan.

"Namun yang dilakukan interogasi baru enam anak. Ini bisa dikembangkan lagi nantinya pada saat pemeriksaan lanjutan," ujar Hendri.

Diketahui pondok pesantren (ponpes) tempat tersangka mengajar baru berdiri tahun 2019 dan memiliki jumlah santri sekitar 200 orang.

Untuk menghindari kejadian serupa, Hendri mengimbau kepada orangtua agar lebih selektif memilih ponpes untuk anaknya.

Baca Juga: Dulunya Korban, Guru Ngaji di Mojokerto Kini Tega Lampiaskan Nafsu Bejat ke Murid Sesama Jenis, Modusnya Ngeri!

GridPop.ID (*)