GridPop.ID - Gejala umum Covid-19 kini telah berubah.
Para ahli menyebut jika gejala umum Covid-19 ini berubah seiring waktu.
Lantas apa saja gejala umum Covid-19?
Dilansir dari Kompas.com, pada Kamis, 20 Oktober 2022, Zoe Health Study yang berbasis di Inggris telah mengidentifikasi gejala Covid-19 paling umum saat ini.
Hal ini berdasarkan informasi lebih dari empat juta orang yang melaporkan gejala melalui aplikasi Zoe Covid.
Menurut analisis terbaru, seperti dilansir laman resmi, gejala umum Covid-19 bervariasi, tergantung status vaksinasi dan berapa banyak dosis yang disuntikkan.
Mereka yang telah mendapatkan vaksinasi, cenderung mengalami gejala lebih sedikit dan tak terlalu parah.
Tidak hanya itu, orang yang sudah disuntik vaksin Covid-19 juga mengalami infeksi dalam waktu relatif lebih singkat.
Gejala umum pada orang divaksin lengkap
Berikut peringkat gejala Covid-19 pada orang yang sudah mendapatkan dua dosis vaksin:
-Sakit tenggorokan-Pilek-Hidung mampet-Batuk terus-menerus-Sakit kepala.
Gejala umum pada orang divaksin satu dosis
Pada orang-orang yang baru menerima dosis pertama vaksin Covid-19, peringkat gejala umum yang menyerang antara lain:
-Sakit kepala-Pilek-Sakit tenggorokan-Bersin-Batuk terus-menerus.
Gejala umum pada orang tanpa vaksin
Tak berbeda jauh, berikut peringkat gejala umum yang dilaporkan terjadi pada orang tanpa vaksin Covid-19:
-Sakit kepala-Sakit tenggorokan-Pilek-Demam-Batuk terus-menerus.
Mirip gejala flu
Menilik gejala umum di atas, saat ini gejala khas Covid-19 seperti kehilangan penciuman atau anosmia, sesak napas, dan demam tak lagi berada di urutan teratas.
Bahkan, menurut Co-founder Zoe Health Study, Prof Tim Spector, gejala Covid-19 terbaru lebih menyerupai penyakit flu biasa.
"Demam dan kehilangan penciuman benar-benar jarang sekarang. Begitu banyak orangtua mungkin tidak mengira mereka terkena Covid-19. Mereka akan mengatakan itu pilek dan tidak akan dites," ujar dia, dikutip dari laman IFL Science (3/10/2022).
Senada, dilansir dari Everyday Health, spesialis penyakit menular di Stanford University, Dean Winslow mengungkapkan, gejala Omicron atau varian yang mendominasi saat ini cenderung menyerupai flu.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk tetap melakukan tes Covid-19 meski hanya bergejala ringan.
Winslow juga menekankan, pandemi Covid-19 belum berakhir. Untuk menghindari infeksi, masyarakat harus tetap mengenakan masker saat berada di kerumunan.
Dirinya juga meminta masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin bivalen, yakni gabungan antara vaksin virus corona versi asli dan varian Omicron.
"Meskipun mungkin tidak memberikan perlindungan lengkap dari infeksi terhadap beberapa subvarian Omicron yang lebih baru, itu akan membantu melindungi terhadap penyakit serius, rawat inap, dan kematian," ungkap Winslow.
Sebagai informasi dilansir dari GridHealth.ID, subvarian XBB yang merupakan kombinasi dari dua turunan varian Omicron sudah terdeteksi di Indonesia.
Kasusnya hingga saat ini sudah mendekati angka 10 orang, sejak diumumkan pada 22 Oktober 2022 lalu.
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Erlina Burhan, Sp.P(K), mengungkapkan bahwa ini adalah subturunan Omicron BA.2.10.1 dan BA.2.75.
Pertama kali terdeteksi di India pada Agustus 2022 dan mempunyai kemampuan menyebar yang cepat.
"Data WHO menyebutkan bahwa sejak 17 Oktober 2022, XBB sudah dilaporkan ada di 26 negara," ujar dokter Erlina dalam media briefing, Kamis (3/11/2022).
Sebelum terdeteksi di Indonesia, subvarian XBB menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 di Singapura.
Dokter Erlina mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan pemerintah Singapura, risiko subvarian XBB paling tinggi untuk orang yang belum pernah terinfeksi.
"Dilaporkan Singapura, kasus infeksi Covid-19 ini didominiasi oleh orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19 atau Covid-19 naive," katanya.
Ia juga meminta agar orang yang belum pernah terinfeksi untuk lebih hati-hati dengan Covid-19 ini.
GridPop.ID (*)