Pembaruan tersebut disampaikan Badan Meteorologi Jepang setelah sebelumnya memperingatkan adanya kemungkinan tsunami.
Lembaga penyiaran publik NHK mengutip Badan Meteorologi Jepang menyampaikan bahwa tidak ada dampak tsunami dari erupsi gunung berapi di Indonesia.
Namun, keputusan itu membuat bagian timur pulau terangkat. Kemudian, puncak gunung dipindah ke bagian timur.
Sebelum peringatan tersebut dicabut, Gunung Semeru yang merupakan gunung berapi terbesar di pulau Jawa ini sempat meletus dan memuntahkan abu setinggi 1,5 kilometer ke atas permukaan laut, pada pukul 02.46 WIB.
Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik. Sementara secara kegempaan, seismograf mencatat delapan kali gempa salaam letusan dengan amplitudo 18-22 mm dan durasi sekitar 65-120 detik.
Guncangan gempa ini yang kemudian menjadi ancaman besar bagi Jepang, mengingat Prefektur Okinawa sendiri merupakan rumah bagi pangkalan militer Amerika Serikat di Pasifik. Namun setelahnya Badan Meteorologi Jepang melakukan pengamatan intens, mereka lantas memastikan tak ada risiko tsunami akibat erupsi Semeru.
Mereka menjelaskan bahwa selama pengamatan berlangsung tidak ada perubahan signifikan pada tingkat pasang surut di sepanjang pantai Jepang. Selain itu kawasan Okinawa Jepang juga tidak mengalami perubahan tekanan atmosfer sejak letusan terjadi, seperti yang dikutip dari Livemint.
Mengingat pada umumnya letusan besar gunung berapi dapat menyebabkan perubahan pada tekanan atmosfer, serta perubahan pada tingkat pasang surut air laut.
Lebih lanjut analisis pemantauan secara visual dan kegempaan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menaikkan status dari Level 3 (Siaga) menjadi Level 4 (Awas) terhitung mulai 4 Desember 2022 pukul 12.00 WIB.
Ini lantaran kondisi Semeru yang terus memuntahkan guguran lava serta awan panas dengan jarak 13 km dari puncak dengan arah guguran ke sektor tenggara dan selatan.
GridPop.ID (*)