GridPop.ID - Ahli psikologi forensik sebut perilaku Brigadir J tak wajar.
Perilaku tak wajar ini dilihat dari tampilan mewah Brigadir J usai dipercaya jadi sopir Putri Candrawathi.
Psikolog Forensik Reni Kusumowardhani dihadirkan sebagai saksi ahli oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Reni mengklaim, informasi tentang perilaku Brigadir J ia dapatkan dari keterangan keluarga dan sejumlah rekan Brigadir J.Reni menjelaskan, perilaku Brigadir J yang sangat patuh dan berdedikasi berubah setelah diberi kepercayaan oleh keluarga Ferdy Sambo sebagai kepala rumah tangga."Penampilannya lebih mewah dibanding sebelumnya, menunjukkan power dan mendominasi terhadap ADC dan perangkat lain, dan ada kalanya berperilaku tidak selayaknya ADC," ucap Reni dikutip dari Tribun Wow."Merasa lebih percaya dan lebih diistimewakan oleh Bu Putri dan memiliki keberanian untuk menunda serta tidak melaksanakan perintah atasan, lebih mudah tersinggung dan merespons kemarahan," imbuhnya.
Saat ditanya JPU, terkait metode yang digunakan dalam menggali profil Brigadir J, Reni menjelaskan pihaknya menggunakan metode retrospektif.
"Jadi kami mencari data dari orang-orang signifikan, termasuk keluarga di Jambi, teman-teman dekatnya, teman-teman kerjanya semasa di jambi, teman sekolahnya, dan juga teman-teman kerjanya di Jakarta," ujarnya.
Reni juga menerangkan bahwa validitas atau nilai kebenaran dari hasil pemeriksaan psikologi Brigadir J tergantung dari keragaman dan kelengkapan keterangan yang ia dapatkan bersama tim.
"Memang pada korban Yosua di sini ada keterbatasan data sehingga kami tidak bisa menyimpulkan secara detail dan lengkap pada beberapa aspeknya," terangnya.
Namun, menurut Reni, pihaknya telah menyampaikan mana data yang cukup dan mana yang tidak cukup, sehingga tidak bisa disimpulkan secara maksimal oleh tim psikologi forensik.
"Jika ada data tambahan, kami akan menganalisis, di sini kami menyatakan bahwa ada keterbatasan data, sehingga tidak bisa dianalisis secara maksimal," ujarnya.
Menurut Reni, ada beberapa data yang banyak berkaitan dengan rentang waktu atau timeline peristiwa penembakan Brigadir J yang dirasa cukup, sehingga bisa dimasukkan untuk dianalisis.Di sisi lain, Aktivis Jaringan pembela hak Perempuan korban Kekerasan Seksual Ratna Batara Munti, buka suara terkait dugaan rudapaksa yang dialami Putri Candrawathi.Dilansir TribunWow.com, ia menilai terlalu banyak kejanggalan yang terungkap dalam tudingannya terhadap mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.Utamanya saat kejadian istri Ferdy Sambo memanggil Brigadir J untuk kembali ke dalam kamar.Sebagaimana diketahui, Putri mengaku dirudapaksa dan mengalami kekerasan saat di Magelang, Jawa Tengah, sehari sebelum kematian Brigadir J, Kamis (7/7/2022).
Namun, sikap maupun pengakuan Putri atas kronologi kejadian rudapaksa tersebut dinilai janggal oleh Ratna.Membandingkan dengan para korban pelecehan maupun perkosaan yang selama ini didampinginya, Ratna menilai sikap Putri tidak mencerminkan seorang penyintas pada umumnya."Dia agak janggal, dia banyak kejanggalan," kata Ratna Batara Munti dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Kamis (15/12/2022)."Dia tidak mencerminkan korban yang selama ini kita dampingi, umumnya, lazimnya seorang korban."