GridPop.ID - Seorang anak perempuan berusia 6 tahun menjadi korban pencabulan.
Kian mirisnya lagi, pelaku pencabulan adalah 3 siswa SD.
Mengutip Kompas.com, insiden pencabulan ini menimpa bocah TK di wilayah Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Pelaku diketahui adalah teman bermain atau tetangga korban.
Peristiwa pencabulan ini, terjadi di sebuah rumah kosong di dekat rumah korban pada, Sabtu (7/1/2023) siang.
Hal tersebut dibeberkan oleh penasihat hukum korban, Krisdiyansari Kuncoro Retno.
Awal mula kejadian yakni saat korban bermain dengan salah satu temannya.
Ia lalu diajak pindah tempat bermain oleh salah satu pelaku yakni ke sebuah rumah kosong.
“Ayo main di sana saja, di sini ramai. Katanya begitu,” tutur Krisdiyansari kepada Kompas.com, menirukan cerita korban, Kamis (19/1/2023).
Pelaku utama yang tinggal bersebelahan dengan rumah korban tersebut, mengajak dua temannya untuk melakukan perbuatan serupa kepada korban.
“Si pelaku yang mengajak ini masih ada hubungan saudara dengan si korban,” kata Krisdiyansari.
Tak sampai di situ, pelaku juga mengancam dua temannya akan dipukul atau tidak berteman lagi apabila enggan menuruti perintahnya.
Berdasarkan cerita korban, satu teman pelaku melakukan pencabulan, sementara satu teman lainnya hanya memegang.
Peristiwa menggegerkan ini terkuak usai teman korban bercerita kepada pengasuhnya lalu disampaikan kepada ibu dan nenek korban.
Akibat kejadian ini, korban mengalami perubahan sikap.
Mulai dari mudah marah dan mudah terpancing emosi.
Selain melakukan visum, korban serta keluarga diminta untuk menemui psikolog dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Mojokerto.
Hasilnya, terungkap bahwa aksi pencabulan dialami korban sebanyak 5 kali.
Rinciannya yakni empat kali dilakukan sepanjang 2022 oleh satu pelaku.
Kemudian, pelaku kembali melakukan pencabulan dengan mengajak dua temannya pada 7 Januari 2023.
“Iya, tanggal 7 Januari itu sudah yang kelima dan itu ngajak teman-temannya,” ungkap Krisdiyansari.
Dia mengatakan, keluarga korban berharap agar kasus tersebut dapat diproses untuk memberikan efek jera kepada pelaku.
Mengutip Tribun Jateng, korban turut mengalami trauma sampai tak mau sekolah atau keluar rumah untuk bermain.
Krisdiyansari mengungkap, korban mulai tak mau pergi sekolah lantaran trauma bertemu dengan pelaku.
Ketidakmauan korban pergi sekolah tersebut sejak, Senin (16/1/2023).
Pekan sebelumnya, saat pelaku dipindahkan orangtuanya ke luar desa, korban masih mau berangkat ke sekolah.
“Minggu kemarin masih mau sekolah, mungkin karena korban tahu kalau pelaku dipindahkan keluar, jadi dia merasa aman," kata Krisdiyansari kepada Kompas.com, Kamis (19/1/2023).
"Tapi minggu ini karena si pelaku kembali ke rumah dan ke sekolah, si korban ini enggak mau keluar dan enggak mau sekolah.
Alasannya ada saja, seperti capek, ngantuk,” lanjut dia.
GridPop.ID (*)