Menurut Euis ia dan keluarga tiba di RSUD Subang sekitar pukul 21.00 WIB lalu pasien dibawa ke ruang IGD.
"Di ruang IGD, pasien mendapat perawatan sebentar, kemudian langsung dibawa ke ruang PONEK (Ruangan Khusus Ibu Melahirkan)," ucapnya dilansir dari Kompas.com.
"Namun sayang, sesampai di ruang PONEK, perawat malah ngomong ruangan PONEK penuh dan ICU juga penuh dan silakan bawa pasien ke rumah sakit yang lain, tanpa ada pemeriksaan dari pihak perawat di ruang tersebut," imbuhnya.
Diakui Euis dirinya sempat beradu mulut dengan perawat di PONEK. Ia meminta agar pasien diperiksa terlebih dulu.
"Saya mencoba memohon agar dilakukan pemeriksaan kesehatan pasien dulu kepada perawat, agar kami tahu keadaan pasien bagaimana jika harus dilarikan ke rumah sakit yang lain."
"Namun, permohonan tersebut diabaikan pihak perawat seolah-olah tidak peduli kepada pasien," tandasnya.
Euis menyesalkan sikap cuek dari perawat di sana yang tak mau memeriksa kondisi pasien terlebih dahulu.
"Tapi malah tetap dicuekin. Saat itu, saya minta tolonglah kepada para perawat cek dulu kesehatan pasien jauh-jauh saya bawa dari Tanjungsiang ke Subang hanya mendapat omongan rumah sakit penuh, bukannya diperiksa," ungkap Euis.
Merasa kecewa campur bingung, sang bidan mencoba ngobrol dengan pihak keluarga pasien untuk membawa pasien ke rumah sakit di Bandung karena RSUD Subang penuh.
"Namun, tak menyangka, di tengah perjalanan pasien muntah lagi dan akhirnya pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit," ucap dia.
Karena kejadian ini, Euis pun merasa gagal mengemban tugasnya menjadi seorang tenaga kesehatan.