GridPop.ID - Bagi pecinta musik Tanah Air mungkin sudah tak asing dengan sosok Nomo Koeswoyo.
Drummer band Koes Bersaudara yang akhirnya menjadi Koes Plus ini dikabarkan meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah di usia 85 tahun.
Koesnomo Koeswoyo atau Nomo Koeswoyo itu diketahui menghabiskan masa tuanya di Magelang, Jawa Tengah.
Tentu keputusan itu telah dipikirkan matang-matang bersama keluarga besarnya.
Dilansir dari artikel Tribun Seleb, Sari Koeswoyo mewakili keluarga besar Koeswoyo menjelaskan alasan drummer legendaris tersebut memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya di Magelang.
"Sejuk dan adem itu bukannya istirahat orang pensiun bukan," kata Sari Koeswoyo di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (16/3/2023).
Kemudian kerabat keluarga Nomo Koeswoyo yang juga suami Ruth Sahanayaz Jeffry Waworuntu menyebut jika sang musisi sudah lama menetap di Magelang.
"Sudah lama, Chicha juga kalau pulang kampung ya ke Magelang," ungkap Jeffry Waworuntu.
"Jadi memang Om Nomo memang istilah sudah menikmati hidupnya di Magelang," lanjutnya.
Kemudian Jeffry menegaskan jika anggota grup musik Koes Plus sudah puluhan tahun berada di Magelang.
Namun Sari Koeswoyo maupun Jeffry Waworuntu tidak menjelaskan dengan siapa Nomo Koeswoyo berada di Kabupaten Jawa Tengah tersebut.
Baca Juga: Biodata Artis Nomo Koeswoyo, Drummer Koes Bersaudara yang Kini Telah Tutup Usia
"Engga tahu (pastinya) kayanya sudah lama, sudah puluhan tahun untuk tepatnya keluarga lebih kompeten untuk berbicara itu," ujar Jeffry.
Hal sama juga dikatakan Jeffry Waworuntu, ia menyebut Nomo Koeswoyo masih terus berkarya sebagai seorang musisi.
Kemudian Jeffry menegaskan Nomo Koeswoyo tidak akan bisa dipisahkan dengan musik semasa hidupnya.
"Di sana (Magelang) masih (bermusik) dan beberapa ada event three Koes Plus dan beberapa event yang om Nomo di undang sempat hadir dan beberapa kali saya lihat di Instagram Beliau juga sempat nyanyi di Hardrock Kafe Jakarta jadi musik adalah belahan jiwa beliau," tutur Jeffry Waworuntu.
"Jadi tidak bisa dipisahkan, saya yakin di Magelang tetap bermusik," pungkasnya.
Sebagai informasi dilansir aritkel Tribun Bekasi, Nomo Koeswoyo mengawali karier musinya bersama Koes Bersaudar ayang dulunya berama Kus Brother pada 1958 silam.
Di band tersebut, Nomo Koeswoto menjadi drummer.
Selama menjadi personel band Koes Plus, Nomo Koeswoyo pernah menjadi sorotan usai menyerahkan diri ke Polisi lantaran dianggap mirip dengan bintang rock ke barat-baratan.
Saat itu, Nomo Koeswoyo menyerahkan diri ke Polisi lantaransaudara-saudara lainnya masuk penjara karena dinilai membawakan lagu kebarat-baratan di era orde lama Soekarno.
Saat itu, Nomo sebenarnya tak kena ciduk karena berada di tempat lain.
Namun ia legowo menyusul saudara-saudara lainnya.
Hal itu kata anak Nomo Koeswoyo lantaran pria berambut gondrong itu memiliki rasa cinta kasih yang besar terhadap keluarganya.
Di usia senjanya, beberapa kali Nomo Koeswoyo juga terlihat masih bermusik dengan tampil di sejumlah konser.
Bakat seni Nomo Koeswoyo menurun ke putrinya Chicha Koesyowo yang menjadi penyanyi anak-anak.
Kemudian, di usia senjanya, Nomo Koeswoyo juga terlihat aktif di bidang sosial politik.
Baik Nomo Koeswoyo dan putrinya Chicha Koesyowo bergabung dengan partai politik PDI Perjuangan.
Bahkan, di studio Nomo Koeswoyo di Magelang, Jawa Tengah terdapat patung banteng yang menjadi lambang dari PDI Perjuangan.
Nomo menceritakan, kegelisahannya dengan kondisi akhir-akhir ini, terutama tergerusnya nilai-nilai kebangsaan dan menguatnya radikalisme.
Nomo pernam menceritakan kegelisahannya dengan kondisi akhir-akhir ini, terutama tergerusnya nilai-nilai kebangsaan dan menguatnya radikalisme
Diketahui lagu-lagu Koes Plus Bersaudara tidak jauh-jauh dari nilai-nilai nasionalisme. Misalnya saja seperti lagu berjudul Kolam Susu, Nusantara, dan Pak Tani.
GridPop.ID (*)