GridPop.ID - Sastrawan Sapardi Djoko Damono menjadi gambar di halaman muka Google Doodle hari ini, Senin (20/3/2023).
Hal tersebut tentu membuat penasaran dengan biodata artis Sapardi Djoko Damono
Melansir Kompas.com, diungkapkan Google Doodle dengan desain Sapardi Djoko Damono, untuk merayakan hari ulang tahun sang sastrawan.
Apabila mengakses URL Google.com dan Google.co.id, Anda akan "disapa" dengan ilustrasi sosok Sapardi yang tengah berdiri di tengah rintik hujan sambil membawa sebuah buku dan payung.
Ilustrasi tersebut menggambarkan salah satu kumpulan puisi terkenal yang dibuat sang maestro perangkai kata, Hujan Bulan Juni (1994).
Lantas siapakah sosok Sapardi Djoko Damono?
Melansir TribunStyle.com, Sapardi Djoko Damono merupakan anak seorang abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta.
Pria yang dikenal sebagai penyair legendaris ini lahir pada 20 Maret 1940 tepatnya di Kratonan dan menghabiskan masa kecilnya di Solo.
Ia merupakan anak pertama pasangan Sadyoko dan Sapariah. Ayahnya mempunyai keahlian menatah wayang kulit.
Sapardi kecil sempat berpindah Ngadijayan yang merupakan rumah eyang (kakek) Sapardi ke daerah Komplang daerah Solo bagian utara.
Di sana ia lebih banyak di rumah dan menikmati kesendirian itu tidak menghentikan untuk kluyuran di dunia batinnya.
Sapardi kecil belajar menulis apa saja pada November 1957. Satu bulan setelah belajar menulis, karya yang berupa sajak dimuat di majalah kebudayaan yang terbit di Semarang.
Namun, ia lupa judul sajak yang ditulis dan majalah yang memuat hasil karyanya.
Tahun berikutnya, sajak-sajaknya mulai bermunculan di ruang-runag kebudayaan diberbagai penerbitan seperti penerbitan yang diasuh oleh H.B Jassin.
Saat kecil, Sapardi masuk di Sekolah Rakyat (SR) Kasatriyan yang berada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta. Setelah tamat SR, ia melanjutkan di SMP II yang lokasinya di wilayah Mangkunegaran.
Kemudian masuk ke SMA II Solo, setekah lulus masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan.
Ia pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada 1970—1971.
Selain menulis puasi, Sapardi juga sebagai penulis. Ia belajar melukis dari sahabatnya bernama Jeihan.
Persahabatan dengan Jeihan membuka jalan terciptanya patung Sapardi telanjang yang secara khusus diciptkan sang pelukis untuk pameran lukisan Jeihan di Jakarta pada 29 Juli 2005.
Dari berbagai kemampuan berkesenian yang dimiliki oleh Sapardi, seperti menari, menabuh gamelan, main gitar, menggambar, main drama dan menjadi sastrawan, hanya bidang sastra yang menonjol.
Ia bukan hanya dikenal sebagai penyair papan atas di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Sejak tahun 1978 Sapardi menjabat Country Editor majalah Tenggara Journal of Southeast Asian Literature, Kuala Lumpur.
Sejak 1982 ia tercatat sebagai anggota penyusun Anthropology of Asean Literature, COCI, ASEAN.
Pada 1988, Sapardi menjadi panelis dalam Discussion dan sebagai anggota Komite Pendiri Asean Poetry Centre di Bharat Bhavan, Bhopal, India.
Sejauh ini, Sapardi telah menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya:
- Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea, Hemingway)
- Daisy Manis (Daisy Milles, Henry James)
- Puisi Brasilia Modern
- George Siferis
- Sepilihan Sajak
- Puisi Cina Klasik
- Puisi Klasik
- Shakuntala
- Dimensi Mistik dalam Islam karya Annemarie Schimmel
- Afrika yang Resah (Song of Lowino dan Song of Ocol oleh Okot p'Bitek).
- Duka Cita bagi Elektra (Mourning Becomes Electra oleh Eugene O'Neill)
- Amarah I dan II (The Grapes of Wrath, John Steinbeck)
GridPop.ID (*)