"Entah karena ada trauma, kehilangan, atau kurang kasih sayang, yang membuatnya tidak percaya pada diri sendiri dan merasa tidak seperti orang lain," ujarnya.
Hal tersebut dapat mendorongnya mencari cara agar bisa menunjukkan eksistensinya sebagai wanita.
"Pemuasan kebutuhan psikologi seseorang bermacam-macam, ada yang dengan olahraga, berkesenian, tapi ada yang tidak mampu mengontrol dorongan mendominasi dengan merebut perhatian pasangan orang. Ini akibat dari konsep dirinya tidak kuat," katanya.
Setelah berhasil menaklukkan hati pria yang telah berpasangan, Irma beranggapan bahwa bisa memberi rasa puas dan menaikkan eksistensinya.
"Kepuasan setiap orang beda-beda. Mungkin buat pelakor, jika ada suami orang memilih dia merupakan indikasi dia lebih unggul dari perempuan lain. Ini enggak sehat," ujar psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia ini.
Padahal merebut suami orang bukan hanya merusak rumah tangga orang lain, tapi juga reputasi si pelakor.
Jika dari pihak pelakor ada persoalan psikologis yang dibawa dari masa lalunya, maka dari pihak laki-laki yang berselingkuh biasanya karena memang punya kesempatan dan ikatan pernikahan yang tidak kuat.
GridPop.ID (*)