GridPop.ID - Hubungan intim dilakukan oleh pasangan suami istri yang sudah sah menikah untuk memproduksi keturunan.
Tak hanya untuk menyalurkan hasrat seksual, hubungan intim juga memiliki manfaat untuk kesehatan.
Selain itu, berhubungan intim ternyat juga bermanfaat untuk merangsang kontraksi agar bayi cepat lahir atau mendorong persalinan.
Aktivitas seksual terutama penetrasi selama kehamilan dapat dilakukan apabila ibu hamil sedang dalam kondisi sehat dan dengan posisi yang aman.
Artikel ini akan membahas frekuensi hubungan intim yang boleh dilakukan pasangan suami istri untuk memicu persalinan.
Berhubungan seks untuk mendorong persalinan, sebaiknya dilakukan berapa kali?
Dilansir dari laman kompas.com, Dokter spesialis kandungan dr. Bima Suryantara, Sp.OG (K) menyatakan, hubungan suami istri dapat dilakukan kapan saja, mulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga atau mendekati hari perkiraan lahir (HPL).
Namun, pada kondisi kehamilan tertentu seperti plasenta previa atau letak ari-ari bayi di bagian bawah rahim, pasutri tidak dianjurkan berhubungan seksual karena dapat memicu pendarahan yang mengancam janin dan ibu.
"Sebenarnya hubungan suami istri boleh dilakukan kapan saja di setiap usia kehamilan, kecuali dengan alasan tertentu misalkan plasenta previa, ya jangan," ujar dokter Bima pada acara Parents Preparation Class yang digelar Havi CarexNgobrol Sehat di Solo, Minggu (20/8/2023).
Manfaat hubungan seksual selama kehamilan terutama mendekati HPL yaitu menjadi salah satu faktor pemicu kontraksi.
Ketika ada penetrasi, vagina akan menyempit dan berkontraksi. Karena hal ini, rahim ibu hamil pun akan ikut berkontraksi.
Baca Juga: Mengenal Peegasm, Orgasme tanpa Hubungan Intim Melainkan Terjadi saat Buang Air Kecil, Bahaya?
Berbicara mengenai frekuensi hubungan intim, Bima menyebut tidak ada patokan tertentu terkait berapa kali berhubungan intim selama kehamilan perlu dilakukan.
"Frekuensinya tidak ada acuan yang pasti. Mau tiap hari, mau dua kali sehari, mau dua hari sekali, tidak ada acuan pasti," tutur dokter kandungan yang bepraktik di RS JIH Solo tersebut.
Hal yang perlu dilakukan ketika melakukan hubungan intim yaitu pastikan posisinya benar dan tidak menekan perut ibu.
Para suami juga perlu mengamati ekspresi istri apakah tampak menahan nyeri atau rasa sakit akibat hubungan intim.
Bagaimana posisi bercinta yang aman untuk ibu hamil?
Dikutip oleh tribunnews.com dari Healthline, berikut posisi berhubungan intim yang aman sesuai dengan trimester kehamilan:
1. Trimester pertama
Pada trimester pertama atau saat kandungan berusia 0-13 minggu, hubungan intim sebaiknya dilakukan dengan posisi bercinta misionaris atau man on top.
Tunda hubungan seks jika ibu hamil berada dalam kondisi morning sickness, seperti mual, muntah, dan menolak untuk makan.
Pada kondisi ini, bumil umumnya tidak fit atau kurang berenergi untuk berhubungan intim.
2. Trimester kedua
Di trimester kedua atau saat usia kandungan 14-27 minggu, suami istri dapat melakukan posisi menyamping dan woman on top.
Kedua posisi bercinta tersebut cukup aman dilakukan agar perut ibu atau baby bump yang mulai membesar tidak tertekan atau tergencet.
3. Trimester ketiga
Perut ibu hamil semakin membesar di trimester ketiga. Posisi bercinta yang disarankan yaitu woman on top, spooning, dan doggy style.
Pada posisi woman on top, bumil dapat mengontrol kedalaman penetrasi. Akan tetapi, jika ibu hamil merasa lelah, segeralah beristirahat.
Kemudian untuk gaya bercinta spooning dan doggy style cukup dianjurkan karena tidak menekan perut dan kandung kemih.
Hubungan suami istri umumnya aman dilakukan selama masa kehamilan. Penetrasi tidak menyebabkan janin terganggu karena dilindungi oleh cairan ketuban, otot rahim, dan sumbat lendir yang berkembang di sekitar leher rahim.
Berhubungan seks juga dapat mendorong persalinan, terutama ketika kandungan sudah melebihi HPL.
Tidak ada acuan pasti untuk menentukan berhubungan seks untuk mendorong persalinan sebaiknya dilakukan berapa kali.
Pasutri bisa berhubungan intim kapan pun asal ibu hamil berada dalam kondisi sehat dan tidak memiliki masalah terkait kehamilan, seperti plasenta previa.
Namun, kondisi setiap bumil tentunya berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk memastikan berapa kali boleh melakukan hubungan intim, ibu hamil dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan. GridPop.ID (*)
Baca Juga: Sering Disepelekan! Inilah Pentingnya Hubungan Intim dalam Pernikahan