GridPop.ID - Apakah kamu memakai peluma saat hubungan intim bareng pasangan?
Seperti yang diketahui, beberapa pasangan suami istri mengaku memakai pelumas saat hubungan intim.
Karena itulah, timbul pertanyaan mengenai apakah memakai pelumas saat hubungan intim bisa turunkan peluang kehamilan?
Artikel berikut ini akan mengulasnya secara lengkap!
Pelumas digunakan ketika bercinta untuk sejumlah alasan.
Mulai dari vagina kering, hingga menambah sensasi saat berhubungan.
Namun, sebagian dari kita mungkin pernah mendengar kekhawatiran bahwa memakai pelumas saat bercinta dapat menghambat kehamilan.
Benarkah demikian? Sebelumnya, mari ketahui dulu bahwa kebanyakan pelumas masuk ke dalam salah satu dari empat kategori, yakni berbasis minyak, berbasis air, berbasis silikon, dan hibrida atau lebih dari satu bahan.
Masing-masing memiliki pro-kontranya, yaitu sebagai berikut:
Berbasis minyak
Pelumas berbasis minyak di antaranya baby oil, minyak kelapa, atau minyak pijat.
Pelumas jenis ini cenderung tahan lama, tetapi dapat merusak kondom dan cenderung mengiritasi vagina.
Berbasis air
Pelumas berbasis air dapat digunakan bersama dengan kondom atau mainan seks, namun cenderung lebih cepat menguap.
Berbasis silikon
Pelumas berbahan dasar silikon mampu bertahan lebih lama daripada pelumas berbahan dasar air dan aman untuk kondom.
Namun, jenis pelumas ini dapat merusak mainan seks.
Mengapa memakai pelumas saat bercinta bisa berkaitan dengan aktivitas pembuahan?
Melansir Healthline, ketika pelumas dikembangkan, produsen hanya merancangnya untuk memberikan pelumasan ketika berhubungan seksual.
Produsen cenderung tidak memikirkan bagaimana dampaknya terhadap usaha kehamilan seseorang.
"Kami tidak berpikir tentang bagaimana pelumas memengaruhi kehamilan, sperma, atau sel telur."
"Selain itu, sejumlah pelumas vagina sebenarnya mengandung spermisida yang membantu seseorang untuk tidak hamil," ungkap dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Mississippi, Dr Lakeisha Richardson kepada Healthline.
Meskipun ketika kebanyakan pelumas tidak mengandung spermisida lagi, banyak pelumas yang mengandung bahan-bahan seperti petroleum, propilen glikol, gliserin, paraben, silikon, and Nonoxynol-9 (terkadang disingkat N-9).
Semua bahan ini, kata Richardson, dapat memengaruhi motilitas sperma atau kemampuan sperma untuk bergerak dengan baik melalui saluran reproduksi wanita.
"Bahan-bahan ini menurunkan kemampuan sperma masuk dan melewati serviks untuk bertemu sel telur," katanya.
Selain itu, kata dia, pelumas juga diyakini dapat menurunkan viabilitas sperma, sehingga sekalipun bergerak masuk menuju sel telur sperma tersebut tidak dapat bertahan hidup ketika benar-benar bertemu sel telur.
Di samping menghindari bahan-bahan yang telah disebutkan, Richardson juga merekomendasikan untuk menggunakan pelumas yang ramah sperma.
Menurut Richardson, beberapa produsen pelumas menyediakan produk khusus dan biasanya tertulis TTC (Trying to Conceive/mencoba untuk hamil).
Sementara itu laman Extend Fertility menyebutkan, pelumas berbasis minyak cenderung memiliki dampak paling kecil terhadap motilitas dan vitalitas sperma.
Pelumas berbasis silikon dapat memengaruhi motilitas, tetapi tidak sesignifikan pelumas berbasis air.
Menurut laman tersebut, pelumas berbasis air tampak memiliki efek merugikan terbesar terkait dengan motilitas dan vitalitas sperma, serta dapat melumpuhkan sperma setelah hanya lima menit dan membunuh persentase sperma secara signifikan dalam waktu satu jam.
Kehamilan bisa tetap terjadi
Penggunaan pelumas tampaknya tidak berpengaruh terhadap kemungkinan pembuahan alami.
Baca Juga: Hubungan Intim di Waktu Ini Menjadi Dosa Besar, Dilarang Keras Dalam Islam, Berikut Penjelasannya
Beberapa penelitian berbeda telah meneliti penggunaan pelumas pada kelompok wanita yang mencoba untuk hamil.
Pada penelitian pertama, misalnya, sebanyak 300 peserta penelitian mencatat siklus haid merekka, frekuensi berhubungan intim, dan penggunaan pelumas.
Sekitar 43 persen melaporkan bahwa mereka kadang-kadang (29 persen) atau sering (14 persen) menggunakan pelumas ketika berhubungan intim.
Partisipan yang menggunakan pelumas, bahkan yang sering menggunakan, ditemukan tidak memiliki kemungkinan hamil yang lebih kecil daripada mereka yang tidak pernah menggunakan pelumas.
Pada penelitian kedua, peneliti melihat secara khusus waktu kehamilan (atau berapa lama dibutuhkan pasangan untuk hamil, dan bagaimana korealasinya terhadap penggunaan pelumas.
Lebih dari 6.000 wanita yang dikategorikan sebagai "perencana kehamilan" mengisi kuisioner untuk penelitian ini.
Peneliti menemukan, tingkat kesuburan mereka tidak menurun dan penggunaan pelumas tampaknya tidak memengaruhi waktu untuk kehamilan.
Lalu, bagaimana perbedaan antara penelitian laboratorium dan kehidupan nyata?
Ada kemungkinan bahwa ketika seseorang menggunakan pelumas di dunia nyata, sperma terkena konsentrasi pelumas yang lebih rendah atau mendapat waktu paparan yang lebih pendek, daripada dalam penelitian laboratorium.
Selain itu, mungkin juga sebagian besar pria memiliki air mani yang cukup kuat untuk menangkal dampak buruk pelumas sehingga hubungan intim tetap menyebabkan kehamilan.
Jadi, meskipun pengaruh pelumas terhadap kemampuan sperma untuk membuahi didukung oleh sejumlah penelitian, tetap ada kemungkinan kehamilan ketika seseorang melakukan hubungan intim tanpa kontrasepsi.
Sehingga jika tidak berencana hamil, sebaiknya tetap menggunakan alat kontrasepsi yang dapat diandalkan, selain kondom gunakan pula pil, cincin, atau IUD.
Sementara bagi pasangan yang merencanakan kehamilan namun tahu berada pada kondisi tertentu, seperti pria punya masalah dengan jumlah sperma yang renndah, motilitas sperma yang buruk, atau masalah kesuburan lainnya, para ahli tidak merekomendasikan penggunaan pelumas.
Hal ini dilakukan demi memaksimalkan peluang kehamilan.
Di samping itu, penting untuk mengupayakan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan peluang kehamilan, seperti mengonsumsi vitamin, menghindari penggunaan produk di area kewanitaan, melakukan tes kesuburan, dan lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakai Pelumas saat Bercinta Turunkan Peluang Kehamilan, Benarkah?"
(*)