Beban yang dipikul orangtuanya sudah banyak. Ia bertekad ingin mengurangi walaupun tak seberapa.
"Ibu aku jaga warung pecel lele punya orang, sudah bekerja kurang lebih 3 tahunan. Ibu juga sempet jaga warung punya orang juga, di sela-sela keseharian ibu, ibu aku juga buat kue bawang sama kacang bawang buat dititipin ke warung-warung bakso sama ditempat kerjanya. Kalau ayah aku kerja sebagai tukang ojek. Ayah sudah jadi tukang ojek kurang lebih 30 tahunan, aku kurang tahu sih dari tahun berapa," ceritanya kepada TribunJakarta.com, Minggu (10/9/2023).
Dengan modal Rp100 ribu, Fadil biasanya memperoleh keuntungan setengahnya bila 100 risol laku terjual di sekolah.
Baginya tak apa jika keuntungan yang dihasilkan tak begitu banyak, yang terpenting untuk sekedar uang jajan dan kuota data ia tak lagi harus menadahkan tangan kepada orangtuanya.
"Modal Rp 100 ribu bisa dibuat jadi 100 pcs risol, tapi aku jual 100 pcs itu dalam 2 hari. Jadi hari pertama itu aku bawa 50 pcs untuk balikin modalnya, kemudian dihari selanjutnya aku bawa 50 pcs lagi buat untungnya, dan uangnya aku pakai buat kebutuhan sehari-hari kayak buat jajan, buat beli bensin ke sekolah, buat ganti oli motor, sama beli kuota," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul "KISAH Siswa SMA di Lampung Tak Malu Jual Risol di Sekolah, Mulai Berjualan Sejak SD: Bisa Buat Jajan"
GridPop.ID (*)