Terkait unggahan tersebut, peneliti mitigasi bencana dan dosen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menegaskan, lokasi yang diperlihatkan di video tersebut bukanlah gunung api aktif.
Ia mengatakan apa yang terlihat dalam video tersebut merupakan semburan lumpur bekas pengeboran minyak pada zaman penjajahan Belanda.
"(Itu) mudd vulcano sama dengan semburan lumpur. Masih (menyemburkan lumpur sampai sekarang)," ujar Amien saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/10/2023).
Menurut Amien, semburan lumpur tersebut ada karena daerah Jawa Timur di bagian utara merupakan wilayah cekungan minyak bumi dan gas (migas).
Mengingat lokasinya berada di cekungan migas, secara otomatis di beberapa tempat juga terdapat adanya lapisan lumpur.
Amien menjelaskan, selain Gunung Anyar di Surabaya, semburan lumpur semacam ini juga muncul di Sedati, Pulungan, Kutisari, Semolowaru, Lidah Kulon, Gresik, Madura, Wringinanom, dan sejumlah wilayah lain di Jawa Timur.
Pengeboran minyak Belanda
Pihaknya menjelaskan, pada masa kolonial, Belanda melakukan pengeboran untuk mengambil minyak di sekitar semburan ini.
Sementara di Surabaya, lapangan minyak Belanda ada di tiga tempat yaitu Lapangan Lidah, Lapangan Krukah, dan Lapangan Kuti-Anyar (Kutisari hingga Gunung Anyar).
"Eksploitasi migas Belanda sekitar tahun 1880 dan berhenti operasi (ditinggalkan) tahun 1930 an," bebernya.
Ia mengatakan, lapangan migas Belanda kemudian ditinggalkan Belanda pada tahun 1930 karena produksi minyaknya semakin menurun.