Find Us On Social Media :

Perjuangan Nenek 90 Tahun Jualan Klepon Demi Sambung Hidup Viral di TikTok, Kisah Rumah Tangganya Ternyata Memilukan

By Luvy Octaviani, Minggu, 29 Oktober 2023 | 17:14 WIB

nenek 90 tahun menyambung hidup berjualan klepon di UB

GridPop.ID - Perjuangan nenek tua renta baru-baru ini menjadi viral di TikTok.

Bukannya beristirahat di usia lanjut, nenek berusia 90 tahun ini harus berjalan tertatih-tatih berjualan klepon demi menyambung hidup.

Melansir dari laman tribunnewsmaker.com, seorang nenek berusia 90 tahun masih bersusah payah berjualan klepon setiap harinya di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Sosok yang akrab disapa Mbah Sri tersebut mengaku sudah lama berjualan klepon di kawasan tersebut karena tak ingin merepotkan anaknya.

Sejak ditinggal suaminya puluhan tahun lalu, dengan penuh peluh lansia tersebut harus membiayai kehidupannya sendiri.

Sambil tertatih-tatih, nenek pedagang klepon setiap hari harus membawa dagangannya untuk ditawarkan ke orang-orang.

Di usia senjanya, Mbah Sri setiap hari harus berkeliling menyusuri jalan sambil membawa klepon dagangannya demi mencari nafkah.

Ia biasa menjajakan dagangannya di sekitaran kawasan Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur.

Kish rumah tangga Mbah Sri ternyata memilukan.

Ia harus berjuang sendirian setelah sang suami dulu pergi meninggalkannya.

Kisah Mbah Sri ini dibagikan oleh seseorang bernama Ida Wijaya lewat akun Tiktoknya.

Baca Juga: Viral di TikTok Pesta Pernikahan di Pinggir Jalan, Nekat Blokade Jalan Hanya untuk Sekadar Foto hingga Dikecam Netizen

"Mahasiswa UB pasti sering lihat Mbah ini, yang jalan membungkuk membawa dagangannya sampai malam. Aku dulu sering beli waktu kuliah 2013, dan ternyata beliau masih jualan sampai sekarang 2023," tulis akun Tiktok @ida_wijaya dalam rentetan foto yang ia bagikan.

Dulu suami Mbah Sri pergi bersama wanita lain ketika dirinya masih cukup muda.

Sejak saat itu, Mbah Sri harus menghidupi anaknya seorang diri dari hasil dirinya berjualan Klepon.

"Anak beliau juga sama seperti Mbah, ditinggal suaminya dan berjuang sendiri jualan untuk menghidupi anaknya. Jadi Mbah tidak mau membebani anaknya," kata @ida_wijaya.

Diketahui, Mbah Sri sudah berjualan klepon selama 60 tahun.

Dalam sebuah video yang dibagikan Ida, tampak Mbah Sri sampai menangis karena belum juga ada yang beli dagangannya.

Padahal, waktu sudah cukup larut malam.

Sambil tertatih-tatih, ia terus menyusuri jalan sambil membawa dagangannya itu.

Tak jarang, ia harus pulang ke rumah meski dagangannya belum habis terjual.

Walau sudah tua renta, ia biasanya membuat seluruh dagangannya seorang diri.

Dagangan tersebut kemudian dijualnya mulai sore hingga larut malam.

Baca Juga: Diterbangkan Saat Hujan, Benang Layangan Keluarkan Aliran Listrik di Sumatera Utara Viral di TikTok, Ini Penjelasannya

Terkadang, karena fisiknya yang sudah lemah Mbah Sri terpaksa beristirahat di pinggir jalan.

Walau begitu, semangat Mbah Sri tidak pernah surut dimakan usia.

Meski keadaannya pas-pasan, Mbah Sri selalu pasrah dengan yang Maha Kuasa.

Bahkan Mbah Sri juga selalu bermurah hati dengan sesama.

Pernah suatu ketika, dagangan Mbah Sri belum habis terjual padahal waktu sudah cukup larut malam.

Mbah Sri kemudian malah membeli dagangan oranglain karena alasan kasihan.

Sebab, pedagangnya berjualan sambil membawa seorang anak sejak pagi.

Kata Mbah Sri, suami ibu pedagang itu penghasilannya tidak menentu.

Bahkan untuk keperluan popok anaknya, seringkali tak terbeli.

Meski hidup pas-pasan, Mbah Sri tak pernah banyak berharap.

Sekedar ada yang beli dagangannya saja rasanya sudah sangat bahagia dan bersyukur sekali.

Baca Juga: Viral di TikTok Wanita Ngaku Dianiaya Mantan Suami Seorang Anggota TNI di Bengkulu: ke Mana Lagi Saya Harus Minta Keadilan

Dalam video Tiktoknya, Ida menjelaskan bahwa Mbah Sri biasanya berjualan dekat pos satpam gerbang Veteran Universitas Brawijaya Malang, mulai pukul 16.00 waktu setempat.

Klepon yang dijualnya murni dibuat dari Tepung Ketan dan gula Jawa premium. Menurut Ida, candilnya pun juga enak.

Mbah Sri biasa menawarkan candil dari tepung kanji, juga lauk tusukan seperti hati, ampela, dan usus dengan bumbu kacang.

Harganya juga sangat murah mulai Rp 3 ribu sampai Rp 5 ribu saja.

Sejarah Klepon, Kue Tradisional yang Tak Hanya Ada di Jawa

Klepon ramai diperbincangkan dua hari belakangan. Camilan tradisional khas Indonesia ini punya sejarah menarik untuk disimak.

Sejarawan makanan sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran Fadly Rahman menjelaskan sejarah klepon.

"Kalau tidak mengenal sejarahnya, masyarakat tidak mengetahui jika klepon adalah makanan warisan leluhur yang sudah tua jejaknya di dalam tradisi kuliner Indoneisa,” Jelas Fadly kepada Kompas.com, Rabu (22/7/2020).

Bukti tertulis paling tua yang memuat klepon ada pada naskah atau pusaka Keraton Surakarta yaitu Serat Centhini yang ditulis pada masa awal abad ke-19.

Di dalam Serat Centhini beberapa kali disebukan kata “klepon” sebagai bagian dari hidangan yang dipakai untuk suguhan jamuan makan.

Selain itu juga digunakan sebagai acara ritual seperti selamatan atau pesta perayaan. 

Baca Juga: Meresahkan Para Wanita Muda, Apa Arti 'Cak No Bakso' yang Lagi Viral di TikTok?

Fadly menduga jika jauh sebelum abad ke-19, klepon sudah menjadi kudapan manis yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat Jawa kuno.

“Kenapa? Karena melihat dari bahan yang digunakan seperti tepung beras, kemudian pandan, gula aren sebagai pemanis makanan ini, kemudian parutan kelapa," ujar Fadly.

Bahan klepon tersebut menjadi bagian dari bahan-bahan pangan yang tumbuh di Jawa.

Fadly menambahkan jika bahan pangan dari klepon juga digunakan sebagai bahan pangan untuk membuat makanan lain, seperti dawet dan cendol.

Namun walaupun disinggung dalam naskah atau pusaka Keraton Surakarta yaitu Serat Centhini, klepon tidak identik berasal dari Surakarta.

Fadly menjelaskan jika klepon bisa ditemukan di kawasan Nusantara lainnya hingga kawasan Asia Tenggara.

Klepon bisa ditemukan di Malaysia dan Singapura. Di Indonesia sendiri klepon juga bisa ditemukan di Bali, Sulawesi, dan Sumatera.

"Artinya, makanan ini jika dianggap sebagai makanan asli dan khas Jawa untuk konteks tersebut kurang tepat," kata Fadly.

Sebab di kawasan lain juga ada klepon tetapi nama dan penyebutannya berbeda.

Fadly mencontohkan jika di Malaysia dan Singapura penyebutan kudapan satu ini bukan klepon, melainkan onde-onde.

Sementara onde-onde yang dikenal masyarakat Indonesia adalah makanan berbentuk bulat yang dilumuri dengan biji wijen dan isinya berasal dari kacang hijau.

Berbeda dengan klepon yang bagian luarnya menggunakan pewarna dari daun pandan yang dicampur dengan tepung beras dan diisi dengan gula aren.

“Artinya penamaannya saja yang berbeda tapi dalam segi bentuknya sama-sama klepon,” pungkas Fadly.

Klepon sering menjadi kudapan yang wajib disajikan saat acara penting seperti hajatan, selamatan, atau kenduri.

Klepon juga biasa menjadi salah satu bagian dari kudapan ritual. Klepon biasanya disandingkan dengan cucur dan kudapan-kudapan manis lainnya dalam menu ritual. GridPop.ID (*)