Find Us On Social Media :

Mulai dari Catatan China hingga Surat Raja, Ini 4 Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

By Veronica S,Grid., Selasa, 31 Oktober 2023 | 14:14 WIB

Candi Muara Takus merupakan salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya.

GridPop.ID - Kerajaan-kerajaan yang berdiri di wilayah Nusantara dibuktikan dalam berbagai catatan sejarah dan peninggalannya.

Salah satu kerajaan yang pernah berjaya sebelum Republik Indonesia ada ialah Kerajaan Sriwijaya.

Pernah berdiri dari abad ke-7 hingga abad ke-13, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha di Indonesia.

Letak Kerajaan Sriwijaya diduga kuat berada di Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang masyhur dan menjadi pusat penyebaran agama Buddha.

Sumber sejarah, baik dari dalam dan luar negeri, yang membuktikan adanya Kerajaan Sriwijaya tergolong banyak jumlahnya.

Apa saja sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya?

Catatan China

Informasi mengenai berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 dapat ditemukan pada sejumlah kronik China.

Salah satu sumber tertulis dari China yang sangat penting adalah catatan I-Tsing, seorang biksu China yang menerjemahkan teks agama Buddha dan pernah belajar hingga India.

Dalam perjalanannya ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing sempat singgah kemudian tinggal di Kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan kehidupan beragama Kerajaan Sriwijaya menurut I-Tsing sangat baik.

Baca Juga: Sering Dipakai Anak Gaul, Kata Coya Mendadak Viral di TikTok, Ternyata Ini Artinya

Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Nalanda di India, yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha saat itu, dan tinggal selama 11 tahun untuk memperdalam ilmunya.

Pada 687, dalam perjalanannya kembali ke China, I-Tsing singgah lagi di Kerajaan Sriwijaya.

Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Dalam catatannya, I-Tsing kagum dengan perkembangan agama Buddha di Sriwijaya.

I-Tsing bahkan menyarankan para biksu dari negerinya yang hendak menuju Nalanda, singgah dan belajar di Sriwijaya.

Para biksu yang melawat ke Sriwijaya pun mempunyai tempat khusus dan sangat dihormati, baik oleh penguasa ataupun rakyatnya.

Meski pada saat itu Nalanda disebut sebagai pusat pengajaran agama Buddha terbesar, Sriwijaya menjadi pusat penyebaran dan ilmu pengetahuan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara.

Selain catatan I-Tsing, ada juga berita-berita dari masa Dinasti Song (960-1279).

Dari catatan-catatan tersebut, diketahui bahwa Sriwijaya secara rutin mengirim utusan ke China.

Berita Arab dan Persia

Kerajaan Sriwijaya juga disebut dalam sumber-sumber dari Arab dan Persia.

Baca Juga: Mulai Pagi Hari dengan 13 Quotes Semangat Ini untuk Memulai Aktivitas, Lengkap dengan Bahasa Inggris dan Artinya

Beberapa sumber yang mencatat informasi mengenai Kerajaan Sriwijaya yakni, catatan Ibn Hordadzbeh (844-848), catatan sudagar Sulayman (851), berita Ibn al-fakih (902), berita Ibn Rosteh (903), catatan Abu Zayd (916), dan catatan ahli geografi bernama Mas'udi (935).

Para pendatang dari Arab dan Persia umumnya berprofesi sebagai pedagang.

Oleh karena itu, catatan-catatan Arab dan Persia biasanya menyebutkan tentang komoditas perdagangan Kerajaan Sriwijaya.

Mereka juga menyebut raja Sriwijaya sangat kaya dan memiliki wilayah kekuasaan yang luas.

Prasasti

Kerajaan Sriwijaya meninggalkan cukup banyak prasasti yang umumnya tersebar di wilayah Pulau Sumatera.

Berikut ini beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Selain catatan China, sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya dari luar negeri ada pula yang berupa prasasti.

Berikut ini beberapa prasasti dari luar negeri yang menyebutkan tentang Kerajaan Sriwijaya.

 

Baca Juga: Kumpulan Quotes Hari Menabung Sedunia Ini Akan Membuatmu Sadar Betapa Pentingnya Investasi Demi Masa Depan

Surat Raja Sriwijaya kepada khalifah Bani Umayyah

Vatatan sejarah menyebut bahwa raja Sriwijaya pernah mengirim surat kepada Kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus, Suriah.

Keberadaan surat dari Sriwijaya ke Bani Umayyah diulas oleh sejarawan asal Pakistan SQ Fatimi dalam karyanya yang berjudul, The Two Letters from The Maharaja to The Khalifah.

Fatimi menyebut bahwa pada tahun 100 Hijriah atau sekitar 718 Masehi, seorang raja Sriwijaya mengirim sepucuk surat untuk Khalifah Daulah Umayyah.

Apabila melihat tahun surat tersebut, kalifah yang dikirimkan surat oleh raja Kerajaan Sriwijaya adalah Umar bin Abdul Aziz, yang berkuasa antara 717 hingga 720.

Sedangkan raja yang mengirim surat adalah Sri Indrawarman, penguasa Sriwijaya pada awal abad ke-8.

Surat Raja Sri Indrawarman untuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz berisi permintaan agar dikirimkan seseorang yang bisa menjelaskan ajaran Islam.

Surat tersebut pernah dikutip dalam Al-Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih, seorang sastrawan asal Spanyol, dan dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qashirah (Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo) karya Ibnu Tagribirdi, sastrawan dari Mesir.

Referensi:

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya"

GridPop.ID (*)