Setelah kejadian itu gurunya datang dan ada beberapa murid yang menceritakan kronologinya.
Namun kejadian ini sama sekali tidak diberitahukan kepada orangtua murid yang bersangkutan.
Saat itu anaknya pulang diantar teman-temanya dengan sudah menggunakan sragam pramuka, ketika ditanya dimana sragam putihnya mereka hanya menjawab banyak darahnya jadi di cuci di sekolah.
Saat ditanyakan lagi kenapa kepalanya diperban anaknya menjawab jatuh saat lari.
Sore harinya beberapa orangtua murid lain datang kerumahnya dan menceritakan kronologi kejadian sebenarnya bahwa anaknya dibanting oleh temanya di sekolah.
Keesokan harinya ibu tersebut mengkonfirmasi kejadian itu ke pihak sekolah dan hanya dijawab "semua sudah diselesaikan baik-baik dan anaknya sudah bermain lagi".
Peristiwa seperti ini sebenarnya bukan pertama kali, saat bermain di rumah anaknya juga pernah diajak berantem-beranteman dan sudah dibanting 2x namun anaknya pergi dan tidak meladeni.
Atas peristiwa itu, Ibu murid tersebut memohon agar pihak sekolah berani menegur dengan tegas terhadap anak tersebut agar tidak kejadian hal serupa lagi.
Saat ini ibu tersebut sudah memeriksakan kondisi luka dibagian kepala anaknya.
Menurut dokter jika ingin mengetahui kondisi detilnya maka akan diberikan surat rujukan untuk dilakukan CT scan.
Namun karena ada kendala biaya dan belum adanya BPJS, saran tersebut tidak dilanjutkan.