Namun, dokter tidak menemukan bayi normal di rahimnya.
Sebagai informasi, kondisi ini disebut sebagai kehamilan intra-abdomen yang sangat jarang terjadi, hanya pada 1 persen dari kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik sendiri terjadi kurang dari 2 persen dari seluruh kehamilan.
Kondisi ini berpotensi berbahaya bagi ibu, dapat menyebabkan pendarahan internal, pecahnya saluran tuba, atau syok, dan seringkali janin sulit untuk bertahan hidup.
Sebab, kehamilan ektopik biasanya mennyebabkan komplikasi seperti pendarahan hebat.
Wanita tersebut kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain untuk perawatan lanjutan, dan operasi caesar dilakukan ketika janin berusia 29 minggu.
Beruntung, ibu tersebut pulih dan dapat kembali ke rumah 25 hari setelah operasi, sementara bayinya keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah setelah dua bulan lahir.
(*)