Namun, Umam mengatakan bahwa gerakan salam empat jari ini perlu diperhatikan apakah merupakan gerakan organik dari masyarakat yang memiliki pemahaman politik yang baik atau gerakan yang diciptakan oleh elit politik.
Jika gerakan ini diciptakan oleh elit politik, maka gerakan ini mungkin merupakan hasil gabungan pendukung pasangan calon nomor urut 1 dan 3 untuk melawan pasangan calon nomor urut 2 yang ingin mengadakan pemilihan satu putaran dalam Pilpres 2024.
Di sisi lain, gerakan ini mungkin juga muncul untuk mengatasi pemilih yang masih bingung atau bahkan belum memutuskan pilihannya dalam Pilpres mendatang.
Menurut Umam, orang-orang seperti itu cenderung akan memilih pasangan calon yang memiliki peluang menang lebih tinggi.
Dilihat dari hasil survei berbagai lembaga, Prabowo-Gibran memiliki tingkat elektabilitas yang lebih tinggi, mencapai 40 persen, dibandingkan dengan lawannya.
Oleh karena itu, perlu adanya tindakan untuk mencegah masyarakat agar tidak hanya memilih pasangan yang lebih unggul.
Umam menyatakan bahwa elektabilitas pasangan calon nomor urut 01 dan 03 cenderung stagnan.
Meskipun elektabilitas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mungkin meningkat, namun belum signifikan untuk menahan jumlah pemilih Prabowo-Gibran.
Sementara itu, Umam juga menilai bahwa pendukung pasangan calon nomor urut 01 dan 03 memiliki potensi untuk bersatu jika mereka merasa memiliki kekuatan yang sama dan lawan yang sama.
Namun, di sisi lain, Ujang tidak menutup kemungkinan bahwa kedua kubu memiliki karakteristik pemilih yang berbeda.
Pendukung pasangan calon nomor urut 01 memiliki kaitan yang erat dengan representasi Islam melalui partai PKB, PKS, dan cawapres Muhaimin Iskandar yang merupakan kader Nahdlatul Ulama.
(*)