Find Us On Social Media :

Pergoki Banyak Tanda Merah di Leher Putrinya, Ayah Kicep Usai Tahu Alasannya, Tak Jadi Murka Setelah Tahu Fakta Ini

By Luvy Octaviani, Jumat, 22 Maret 2024 | 14:14 WIB

ilustrasi bekas cupang di leher

GridPop.ID - Kisah yang terjadi di keluarga ini bisa dijadikan pembelajaran untuk para orang tua.

Pasalnya, sangat penting mengawasi pertumbuhan anak di masa remaja.

Jika tak pernah menjalin komunikasi yang baik dengan anak, salah-salah bisa terjadi hal mengerikan seperti yang dialami oleh anak pasangan ini.

Dilansir oleh tribuntrends.com dari Sanook, baru-baru ini, seorang ayah bernama Liu dari China berbagi cerita tentang sebuah insiden antara dia dan putri mereka yang berusia 15 tahun.

Dia memposting cerita itu di media sosial telah menyebabkan banyak orang tua merenungkan hubungan keluarga mereka sendiri.

Liu mengatakan dia sering sibuk dengan pekerjaan dan jarang kembali ke rumah.

Sedangkan sang istri sering kali harus bepergian untuk urusan bisnis.

Sebagian besar waktu, putrinya tinggal di asrama sekolah.

Sampai suatu akhir pekan saat menjemput putrinya dari sekolah, ia menemukan sejumlah memar merah di leher putrinya.

Awalnya dia mengira putrinya mungkin digigit serangga.

Dia dengan cemas bertanya apakah itu karena lingkungan di asrama yang kurang bersih.

Baca Juga: Cara Ampuh Hilangkan Bekas 'Cupang' di Leher Setelah Hubungan Intim, Jejak Gigitan Cinta Dijamin Sirna

Putrinya acuh tak acuh dan tidak memberikan jawaban apa pun.

Dia juga bertindak seolah ingin menghindarinya.

Gadis itu segera menutupi lehernya dengan syal dan pergi.

Perilaku putrinya membuat Liu menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

Dia kemudian menarik kerah kemeja putrinya dan melihat lebih dekat untuk memeriksanya kembali dengan cermat.

Pada saat itulah ia mengetahui rahasia putrinya, itu sama sekali bukan gigitan serangga, melainkan tanda merah karena ciuman alias cupang yang membuatnya sangat marah sehingga ia langsung memarahi putrinya.

Menghadapi kata-kata omelan ayahnya Putrinya justru tidak takut.

Dia bahkan juga bereaksi keras.

“Kenapa aku tidak bisa memiliki cinta?

Dia peduli dan sangat memperhatikanku. Saya merasakan keamanan, kehangatan dan cinta yang dia miliki untuk saya.

Hal yang jarang dilakukan orang tua. Seberapa besar perhatian orang tua terhadap anak-anaknya?

Baca Juga: Temukan Bekas Cupang di Leher, Ibu Syok Anak Gadisnya Sudah Tak Perawan dan Kerap Bercinta dengan Banyak Pria

Saya pulang terlambat setiap hari sejak saya masih kecil.

Saya selalu berada di sekolah, di rumah saudara, atau di rumah tetangga.

Orang tua tidak pernah melakukan tugasnya. Yang salah adalah orang tua, bukan anak-anak!" kata putri Liu.

Setelah mendengarkan kata-kata tertekan putrinya, Liu kecewa dan langsung kicep terdiam karena apa yang diutarakan anak itu sepenuhnya benar.

Dalam beberapa tahun terakhir dia dan istrinya sering meninggalkan rumah lebih awal dan pulang terlambat untuk mencari uang.

Liu tidak pernah ada waktu untuk putrinya, itulah sebabnya dia dan istrinya tidak mengetahui bahwa putrinya sedang dalam masa puber.

Perubahan besar dimulai, anak perlu lebih banyak melihat dan berbicara dengan orang tua.

Nyatanya selain faktor fisiologis alami, anak-anak juga mengembangkan cinta di sekolah ketika mereka mencapai sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas karena berbagai alasan lain.

Jika orang tua tidak memahami hal ini, akan sangat sulit untuk memberikan nasihat atau intervensi yang tepat untuk mengubah perilaku anak, untuk melanjutkan dengan tepat, untuk membantu anak-anaknya melewati masa pubertas dengan baik.

Anak Tumbuh Remaja? Ini 5 Peran Orangtua Mendampinginya

Dikutip oleh kompas.com dari laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut 5 hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menyikapi anak di masa remaja.

Baca Juga: Bekas Cupang di Leher Kuak Fakta Mengejutkan, Gadis Belia Sudah Ditiduri 5 Pria Berbeda, Ibu Syok!

1. Menjalin komunikasi dua arah

Sebagai orang tua, Anda tidak selamanya tahu apa yang anak inginkan dan lakukan pada pergaulannya. Apalagi sebagai remaja awal (adolescence) yang memiliki banyak keinginan.

Namun Anda tidak usah khawatir tentang hal tersebut, menjalin komunikasi dua arah adalah solusi terbaik untuk mengetahui sebagian besar hal tentang mereka.

Berilah kesempatan buat mereka untuk bercerita dan mencurahkan isi hatinya, karena remaja cenderung suka bercerita dibanding mendengarkan.

Setelah mereka bercerita, Anda sebagai pendengar bisa sedikit demi sedikit memberikan masukan dengan nada bercerita pula. Hal itu agar mereka tidak merasa seperti dihakimi atau dinasihati.

2. Bekerja sama dengan guru

Bagi orangtua yang mempunyai sedikit waktu untuk bisa berkomunikasi intensif dengan anak, guru di sekolahan menjadi solusi.

Artinya orangtua bisa memberikan otoritas kepada sekolah untuk bisa mendidik dan mengarahkan anaknya dengan kesepakatan tertentu.

3. Hilangkan persepsi "pacaran adalah penyemangat belajar"

Saat ini, maraknya perilaku pacaran berlebihan di kalangan pelajar seringkali karena alasan, "pacaran adalah penyemangat belajar".

Sebenarnya itu suatu pembohongan kepada publik, karena tidak ada sejarah yang mengatakan "pelajar sukses berkat pacaran di sekolah".

Baca Juga: Kabarnya Hilang Bak Ditelan Bumi, Opie Kumis Kini Banting Setir Jualan Ikan Cupang Demi Hidupi 2 Orang Istrinya: Uang Belanjanya Cukup, Gue Urusnya Telaten!

Mungkin yang relevan adalah "pelajar stress berkat pacaran di sekolah".

Mengapa demikian? Pacaran di sekolah bukannya membuat semangat si anak, hal itu malah justru akan membuat mereka tidak fokus pelajaran karena terlalu memikirkan si pacar. Apalagi jika keduanya pada suatu saat memutuskan hubungan, semua bisa menjadi berantakan dan muncul masalah baru.

4. Kenalkan anak pada ajaran, norma dan nilai agama

Memperkenalkan norma dan nilai agama menjadi hal penting dalam membentengi remaja dari pergaulan yang melampaui batas.

Sebab dalam agama, ada batasan-batasan yang mengatur bagaimana etika bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, terutama lawan jenis.

Memperkenalkan anak pada ajaran agama juga dapat memberikan kesibukan positif bagi mereka seperti rajin salat, mengaji, atau berdoa dan berorganisasi sosial keagamaan. Sedangkan memperkenalkan mereka pada norma dan nilai agama dapat membatasi mereka dalam berperilaku.

5. Awasi mereka dalam penggunaan telepon pintar

Maraknya acara TV yang tidak mendidik menjadi tantangan besar bagi orang tua. Ditambah lagi dengan kemudahan akses dunia maya yang berdampak positif atau negatif.

Apalagi remaja yang mempunyai alat komunikasi canggih (smartphone) bisa dipakai untuk melihat content dewasa yang seharusnya bukan konsumsi mereka.

Bahkan tanpa harus dicari, tawaran-tawaran tentang konten-konten dewasa sudah banyak bertebaran. Hal tersebut menjadi kewajiban tambahan orangtua untuk selalu bisa memberikan pengawasan bagi anak remaja mereka (termasuk mengecek penggunaan media sosial).

Terutama tentang apa yang mereka tonton dan komunikasikan dengan orang lain di dunia maya. Sebab, jejak digital akan sulit untuk dihapus. Dengan hal-hal tersebut diharapkan orangtua akan lebih bisa mengarahkan anak remaja mereka. Remaja-remaja sekarang adalah calon pemimpin masa depan bangsa.

Maka sudah menjadi tugas bersama untuk bisa membekali mereka dengan hal-hal positif dan pendampingan yang cukup, seiring dengan arus globalisasi yang memudahkan segala hal untuk dilakukan. GridPop.ID (*)