Find Us On Social Media :

Viral di Tikok Baju Lebaran Murah-meriah, Dijual Seharga Rp 16 Ribu, Kualitas Menyesuaikan

By Luvy Octaviani, Sabtu, 30 Maret 2024 | 07:13 WIB

baju labaran murah viral

GridPop.ID - Membeli baju Lebaran menjadi salah satu ciri khas untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Namun, tak semua orang mampu membeli banju baru karena keterbatasan ekonomi.

Baru-baru ini, baju Lebaran murah-meriah menjadi viral di TikTok.

Bagaimana tidak? pembeli bisa mendapatkan baju Lebaran seharga Rp 16 ribu rupiah.

Fakta ini viral di TikTok setelah diunggah oleh akun @abdulazimbinabdulilah.

Sayangnya supermarket tersebut berlokasi di Malaysia bukan di Indonsia.

Jika dirupiahkan, Rp 16 ribu sudah bisa mendapatkan baju lebaran di supermarket tersebut.

Harga baju dipukul rata antara dewasa dan anak-anak.

"Lihat ini. Hanya Rp 16 ribu, dan ada banyak warna dan desain. Dengan hanya Rp 16 ribu, anda sudah boleh mempunyai Baju Raya anda sendiri." tutur pemilik akun dikutip TribunTrends.com, Jumat, (29/3/2024).

Azim menyatakan bahwa dia tidak dibayar oleh siapa pun untuk memasarkan produk tersebut.

Dia hanya membantu menyebarkan berita, dengan harapan itu akan membantu mereka yang membutuhkan.

Baca Juga: Apa Sih SOTR? Istilah yang Viral di TikTok Selama Bulan Ramadan

"Terima kasih, Mydin. Saya merasa ingin menangis. 

Untungnya, banyak orang yan memiliki anggaran terbatas namun bisa membeli baju lebaran."

Dilansir TribunTrends dari WORLD OF BUZZ, Azim mengatakan bahwa dia berada di outlet Meru Raya di Ipoh, Malaysia, ketika dia melihat harga yang sangat murah untuk baju lebaran tersebut.

Harga Rp 16 ribu tidak rermasuk set lengkap baju lebaran (celana, Songkok & Sampin) tetapi bagi Azim, itu cukup murah dan dia berterima kasih untuk itu.

"Saya tidak berharap cerita saya menjadi viral tetapi saya bersyukur itu terjadi. 

Saya tersentuh melihat ada perusahaan di luar sana yang masih peduli dengan orang-orang." tuturnya.

Dalam hal kualitas, Azim mengatakan bahwa mengingat harganya, kita seharusnya tidak berharap banyak karena kebanyakan orang yang tidak mampu membeli pakaian mewah.

Namun dengan harga segitu, konsumen dapat bersyukur dan bahagia untuk memiliki sesuatu yang bagus untuk dikenakan saat lebaran.

Adapun Azim sendiri, dia mengatakan kepada WORLD OF BUZZ bahwa dia tidak berhasil mendapatkan dirinya sendiri.

Baca Juga: Istilah Muscle Memory Viral di TikTok, Seliweran FYP Jadi Bahasa Gaul Gen Z, Ini Artinya

"Saya tidak berhasil mendapatkannya. Ada terlalu banyak orang yang membeli baju tersebut. Mereka membutuhkannya lebih dari saya." tandasnya.

Sejarah baju baru Lebaran

Melansir dari laman kompas.com, tradisi membeli baju baru menjelang Lebaran resmi tercatat muncul sejak abad ke-16 sebelum Tanah Air bernama Indonesia.

Tradisi baju baru saat Idul Fitri tertulis dalam buku Sejarah Nasional Indonesia karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.

Buku tersebut menjelaskan bahwa tradisi ini sudah dimulai sejak tahun 1596 di masa Kesultanan Banten.

Semasa itu, menjelang Idul Fitri, mayoritas Muslim di Kerajaan Banten sibuk menyiapkan baju baru.

Bedanya, saat itu hanya kalangan kerajaan saja yang bisa membeli pakaian bagus untuk Idul Fitri.

Mayoritas rakyat biasa masih menjahit baju mereka sendiri.

Tradisi serupa juga ditemui di Kerajaan Mataram Islam.

Masyarakat yang tinggal di Yogyakarta ini ramai mencari baju baru, dengan cara membeli atau menjahit sendiri, untuk merayakan berakhirnya Ramadan.

Sementara itu, tradisi beli baju baru tetap ada semasa penjajahan kolonial.

Baca Juga: Viral di TikTok, Berikut Lirik dan Terjemahan Lagu Kleru yang Dinyanyikan Gilga Sahid

Penasihat Urusan Pribumi untuk Pemerintah Kolonial, Snouck Hurgronje mencatatkan tradisi beli baju baru untuk Lebaran dalam bukunya berjudul Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889–1936 Jilid IV.

“Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan,” tulis Snouck dalam surat yang termuat di buku tersebut.

Hurgronje juga mencatatkan dalam buku Islam di Hindia Belanda bahwa kebiasaan bertamu sambil memakai pakaian baru saat Idul Fitri mengingatkannya pada perayaan tahun baru di Eropa.

Ia juga menyebutkan bahwa kebiasaan ini terutama marak terjadi di Batavia. Orang-orang Betawi juga mengeluarkan uang untuk membeli petasan dan makanan pada hari raya Idul Fitri.

Hingga kini, membeli baju baru pun masih menjadi tradisi masyarakat Indonesia menjelang hari raya Idul Fitri.

Meski merupakan tradisi, beli baju baru menjelang Lebaran bukanlah kewajiban ataupun ibadah, melainkan sebatas kebiasaan masyarakat yang sudah turun-temurun. GridPop.ID (*)