GridPop.ID - Kalau kemarin ada jemaah Aolia yang melaksanakan shalat Idul Fitri 5 hari lebih cepat, kini publik dihebohkan dengan jamaah Aboge.
Jamaah Aboge dikabarkan melaksanakan shalat Idul Fitri 2 hari lebih lama dari penetapan pemerintah.
Jamaah Tarekat Syattariyah atau yang dikenal sebagai Aboge di Magetan, melaksanakan Shalat Idul Fitri pada Jumat (12/4/2024).
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan Idul Fitri atau Lebaran pada 10 April 2024.
Melansir dari TribunTrends.com, menurut Tarekat Syattariyah atau Aboge, hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan setiap tahun.
Jamaah Tarekat Syattariyah, juga dikenal sebagai Aboge di Kabupaten Magetan, merayakan Lebaran pada Jumat (12/4/2024) karena mereka memiliki referensi sendiri untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal.
Puluhan jamaah berkumpul di Mushola Al Muslimin, Desa Tapen, Kecamatan Lembeyan, Magetan, untuk melaksanakan Shalat Id bersama.
Meskipun pemerintah telah menetapkan Idulfitri pada tanggal 10 April 2024, namun Aboge merayakannya dua hari setelah tanggal tersebut.
Setelah Shalat Id selesai, para jamaah melakukan silaturahmi dan menggelar kenduri selamatan bersama.
Hal ini menjadi kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan dan berbagi kebahagiaan di hari raya.
Salah satu tokoh dari Jamaah Tarekat Syattariyah, Jarkasi, menyatakan bahwa Puasa Ramadhan harus dilakukan selama 30 hari penuh.
Baca Juga: 20 Quotes Idul Fitri yang Bisa Diucapkan kepada Rekan Kerja di Hari Raya
Menurut perhitungan kalender mereka, hari ini adalah tanggal 1 Syawal.
Meskipun berbeda dengan penanggalan pemerintah, namun semangat perayaan Lebaran tetap sama.
Jarkasi menjelaskan bahwa perayaan Idulfitri yang jatuh pada hari Jumat ini istimewa karena hanya terjadi setiap delapan tahun sekali, sesuai dengan kalender Tarekat Syattariyah yang disebut Jim Awal dan Jim Akhir.
“Sesuai dengan patokan kalender Tarekat Syattariyah yang disebut Jim Awal dan Jim Akhir,” ujar Jarkasi.
“Setiap satu windu atau delapan tahun sekali, Hari Raya Idul Fitri bagi kami jatuh pada hari Jumat Wage. Ini sudah menjadi tradisi dan patokan dalam ilmu kalender Syattariyah," ucap Jarkasi.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk saling menghormati perbedaan waktu pelaksanaan Idulfitri ini sebagai bentuk keragaman dan kebebasan dalam menjalankan agama Islam.
Jarkasi menekankan agar perbedaan ini tidak dijadikan sebagai persoalan antar sesama, tetapi sebagai wujud dari keragaman dan kebebasan beragama.
Oleh karena itu, mari bersama-sama merayakan Idulfitri dengan penuh khusyuk dan kegembiraan.
“Jadikan sebagai bentuk keragaman dan kebebasan dalam beragama. Kita semua bersaudara dan sama-sama merayakan Idulfitri dengan penuh khusyuk dan kegembiraan," pungkas Jarkasi.
Baca Juga: Rayakan Lebaran tanpa Ria Ricis, Teuku Ryan Tertawa Bahagia Dapat Ini saat Mudik ke Aceh
(*)