Pada periode 2014-2019, setidaknya ada 15 artis dan tiga atlet yang duduk sebagai legislator. Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi partai yang paling banyak menyumbang nama artis, disusul PDI Perjuangan, dan Gerindra.
Lucius juga menyoroti, para anggota legislatif artis ini kerap ditempatkan di komisi yang tidak strategis, bebas dari intrik politik, dan "lahan basah". Itu membuat kerja mereka tak banyak diketahui publik.
"Karena 'komisi basah' itu sudah jadi milik para politikus." DPR jadi lembaga tanpa gairah
Hal lain yang menjadi kritikan Formappi, hampir 70% anggota DPR periode 2014-2019 mencalonkan diri lagi dan kemungkinan besar mereka terpilih. Hal ini, menurut Lucius, menambah suram wajah DPR. Apalagi komposisi partai yang menguasai Senayan, tak berubah.
"Iya makin suram. Partai-partainya masih sama, koalisi tidak berubah, anggota baru pun tidak mayoritas, jadi tidak ada unsur apapun yang sejak awal melihat DPR baru nanti optimistis dan penuh keceriaan melakukan pekerjaannya," jelas Lucius.
"DPR yang sudah buruk di periode ini, bisa jadi akan lebih buruk karena tak ada tantangan-tantangan dari anggota DPR baru. Tidak akan ada adu gagasan dan program. Orang baru akan melempem di bawah orang DPR lama."
"DPR akan jadi lembaga yang biasa-biasa saja, tanpa gairah."
Formappi menyebut, pekerjaan rumah anggota DPR yang baru sangat berat karena harus menanggung tunggakan produk legislasi yang tak mampu diselesaikan periode sebelumnya. Dari pengamatannya, DPR periode 2014-2019 hanya mampu menghasilkan 26 Undang-Undang dari target 189.
"Itu sedikit banget produksi RUU yang bisa diselesaikan. Saya kira utang DPR ke depan jadi makin menumpuk kalau melanjutkan RUU prioritas tahun ini dibahas di periode mendatang."
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Artis-artis Calon Penghuni Baru Gedung DPR RI, Siapa Saja Mereka?
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar