GridPop.id - Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Guangzhou, China, Minggu (7/7/2019), pukul 02.20 waktu setempat atau 01.20 WIB.
Sutopo selama ini dikenal sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ia dikenal selalu memberikan informasi saat terjadi bencana di Indonesia.
Apa pun yang jadi pertanyaan wartawan akan dia jawab baik melalui sosial media atau pesan singkat di aplikasi bertukar pesan.
Berikut 5 fakta Sutopo Purwo Nugroho.
1. Aktif di media sosial Sutopo aktif menggunakan sosial media, yakni Twitter dan Instagram.
Melalui Twitter, Sutopo selalu menjelaskan bencana yang terjadi di Indonesia.
Dia juga kerap membalas pesan yang dikirimkan masyarakat.
Dia sudah mem-posting cuitan lebih dari 13.000 per Minggu (7/7/2019). Tercatat 234.000 akun menjadi follower atau pengikutnya di akun Twitter pribadinya.
Ayah dua anak ini juga rajin mengirimkan rilis pers kepada wartawan. Dia selalu berusaha menjawab pesan atau telepon wartawan yang bertanya soal bencana.
2. Mengaku bukan orang cerdas
Pria asal Boyolali, Jawa Tengah itu mengaku bukanlah pribadi yang pintar dan cerdas.
Ia juga mengaku tidak pernah jadi anak pintar semasa awal sekolah. Kelas 2 SD, misalnya, Sutopo belum bisa baca tulis.
Ia juga berasal dari keluarga yang kekurangan. Namun, hal tersebut tak menjadi alasan dirinya untuk menyerah.
Ia punya semangat untuk belajar dan mengejar ketertinggalan pelajaran.
Hingga akhirnya, ia menjabat sebagai kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNBP pada usia 40-an.
Dari sisi akademis pun, dia telah tamat S3.
Meski demikian, tak mudah menjadi seorang Sutopo.
Sebagai salah satu pentolan BNPB, ia kerap kali dimaki dan dihujat orang, bahkan diancam karena selalu menyampaikan data dan fakta apa adanya, tanpa dikurangi, apalagi dilebihkan.
“Pernah juga saya bikin rilis bencana nasional, yang menghujat banyak sekali. Ada yang bilang, pengkhianat kamu Sutopo, mati kamu!” kata Sutopo.
Baginya, keejujuran kepada publik adalah kunci. Ia selalu menyampaikan fakta, tanpa mau menutup-nutupi apalagi membohongi.
3. Mengidolakan Jokowi dan Raisa
Sutopo dikenal mengidolakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia mengidolakan sosok presiden itu sejak Jokowi masih jadi wali kota Solo.
Sutopo pun ingin bertatap muka dengan Jokowi, bahkan sekadar berjabat tangan.
Keinginannya tersebut pun terwujud ketika ia diundang langsung oleh Jokowi pada Jumat (5/10/2018) di Istana Bogor.
Ia tidak hanya bisa bersalaman, tapi juga mengobrol dengan Presiden.
Selain Jokowi, Sutopo juga dikenal sebagai fans dari penyanyi Raisa.
Ia mengaku sering mendengarkan lagu-lagu Raisa, bahkan hafal liriknya.
Tak butuh waktu lama setelah pertemuannya dengan Jokowi, pelantun lagu Mantan Terindah itu membalas mention Sutopo, bahkan mengirim pesan melalui Twitter.
Selanjutnya, Raisa dan Sutopo juga sempat berbicara melalui panggilan video.
Momen itu disaksikan oleh ratusan awak media di kantor BNPB, selepas konferensi pers.
4. Divonis mengidap kanker paru-paru stadium 4B
Sutopo mengaku kerap batuk.
Ia memilih mengonsumsi obat pasaran untuk menyembuhkan batuknya tersebut.
Namun, lama-kelamaan ia batuk dengan durasi sembuh yang cukup lama.
Akhirnya, Sutopo memutuskan untuk memeriksa kesehatannya ke dokter spesialis jantung pada akhir 2017.
Kala itu, ia dinyatakan sehat dan terbebas dari penyakit.
Dokter hanya mengatakan bahwa asam lambungnya tinggi.
Pada Januari 2018, Sutopo kembali berinisiatif mengecek kesehatan ke dokter spesialis paru-paru.
Dari situlah ia tahu kanker telah bersarang di tubuhnya.
Ia divonis kanker paru-paru stadium 4B pada 17 Januari 2018.
“Kaget saya. Kanker? Aduh gimana ini. Saya pulang ke rumah, enggak bilang sama anak istri saya,” kata Sutopo kepada Kompas.com, Kamis (4/10/2018).
Tak merasa yakin dengan vonis dokter, Sutopo berusaha mencari opini dokter lainnya terkait kesehatannya.
Ia pun mengecek kesehatannya di Malaysia.
Hasilnya sama, dokter memvonis Sutopo mengidap kanker paru-paru stadium 4B.
5. Berobat ke Guangzhou, China Saat divonis mengidap kanker paru-paru, Sutopo pernah berpikir untuk menyerah dan melepas jabatan kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB. Namun, ia sadar bahwa masyarakat membutuhkan dirinya.
5. Berobat ke Guangzhou, China
Saat divonis mengidap kanker paru-paru, Sutopo pernah berpikir untuk menyerah dan melepas jabatan kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB.
Namun, ia sadar bahwa masyarakat membutuhkan dirinya.
Ia pun mencoba untuk ikhlas dengan bekerja dan menghadapi penyakitnya.
“Awalnya saya berpikir, kenapa harus saya (yang sakit). Tapi ya sudah, saya nikmati aja. Ya sudah saya ikhlas. Kan ini perjalanan hidup. Bapak saya selalu menasihati saya, orang itu hidup tidak selamanya lurus seperti yang kita harapkan, ada kalanya kita terperosok ke jurang ke lembah, ya sudah diterima,” kata Sutopo.
Sutopo mulai rutin menjalani pengobatan. Ia menjadi pasien di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta.
Sutopo melakukan kemoterapi tiga minggu sekali.
Beberapa treatment pun sudah dilakukan untuk penanganan penyakitnya. Setiap hari, ia harus minum bermacam-macam obat
Tak jarang, Sutopo juga merasa jenuh atas perawatan penyakitnya. Kematian juga kerap membayangi dirinya.
Namun, doa dari masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan dirinya selalu jadi penyemangat.
“Makna hidup itu bukan ditentukan panjang pendeknya usia, tapi seberapa besarnya kita bermanfaat buat sesama,” kata Sutopo. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk bertolak ke Guangzhou, China untuk berobat penyakit kanker paru selama sebulan.
Kabar tersebut ia sampaikan melalui akun Instagram miliknya, @sutopopurwo pada Sabtu (15/06/2019).
"Hari ini saya ke Guangzou untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di banyak tulang dan organ tubuh. Kondisinya sangat menyakitkan sekali," kata Sutopo di akun Instagram.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Grid. |
Komentar