"Meski Mama suka berlebihan, sesungguhnya aku amat bersyukur punya orangtua yang pendidikannya tinggi. Selain pola pikir liberal, mereka juga mengenalkan kehidupan yang demokratis pada kami. Dengan begitu kami bisa bebas melakukan apa yang kami inginkan, tentunya di jalur positif dan dalam pantauan mereka," ungkap Afgan.
Dari banyak ajaran, Afgan menyebut bahwa peraturan soal makanan menjadi hal penting yang sama sekali tak boleh dilanggar.
Aturan tersebut semakin ketat tatkala sang ayah divonis menderita kolesterol.
Rupanya, kedua orangtua Afgan berprofesi sebagai dokter spesialis.
"Tapi ada lo, satu ajaran mereka yang tak boleh kami bantah, yakni soal makanan. Papa selalu mengatur apa yang boleh dan tak boleh kami konsumsi. Aturan ini makin ketat saat Papa diketahui menderita kolesterol tinggi. Jika Papa dan Mama cerewet tentang hal satu ini, harap maklum. Mereka kan, dokter," katanya.
"Papa adalah dokter ahli anestesi, sedang Mama adalah dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Internasional Bintaro. Jika saat kecil aku dan adik-adik harus hidup sederhana, kini tidak lagi. Berkat kesabaran serta ketekunan Papa dan Mama bekerja, kami bisa hidup dengan lebih layak," imbuh Afgan.
Afgan mulai bercerita kedekatannya dengan keluarga, termasuk dengan para saudara kandung.
"Dengan kakak dan adik-adik, aku sangat dekat. Terutama dengan kakak yang usianya 4 tahun di atasku. Semua yang tak bisa kubicarakan dengan orangtua, teman, atau kedua adik, bisa kubicarakan dengannya. Kami sudah seperti sahabat," ungkap Afgan.
Source | : | Tribun Pontianak,NOVA |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar