GridPop.ID - Kisah menggetarkan hati terlihat dari seorang anak yang tinggal di Jawa Barat.
Kisahnya viral lantara ia datang ke sekolah dengan pakaian tak layak dan tanpa alas kaki.
Di balik penampilannya tersebut, rupanya ia merupakan anak yatim yang kini tinggal bersama kakek dan nenenknya.
Dilansir dari Kompas.com, (30/7), informasi tersebut pertama kali diunggah oleh akun media sosial Instagram milik @rohayatun7 pada Senin (22/7/2019).
Rohayatun, yang tak lain adalah gurunya sendiri, mengunggah tiga foto dan dua video berdurasi 60 dan 48 detik.
Rohayatun juga menuliskan cerita tentang kondisi Jodi yang sangat memprihatinkan.
Meski Jodi dari keluarga kurang mampu, Rohayatun kagum anak didiknya memiliki semangat belajar tinggi.
Saat ditelusuri oleh media, jalan menuju rumah Jodi memang sangat sulit.
Kendaraan harus ditinggal di pinggir jalan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter dengan kondisi jalan setapak dan menanjak.
Baca Juga: Sebelum Direstui Ayah, Cut Meyriska Pernah Lempar Kata-Kata Pedas Soal Azab Orang Berhati Keras
Bocah berusia 7 tahun itu tinggal di Dusun Pahing, RT 001 RW 003, Desa Margabakti, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Dia hidup bersama neneknya Sati (60) dan kakeknya Rakun (70). Dua kakaknya, Dayat (18) dan Mulya (15), juga tinggal bersama kecuali Ani (9) yang tinggal bersama orangtua angkatnya.
Tidak ada kamar mandi di bagian belakang rumah. Mereka terbiasa buang air kecil dan air besar ke kebun di sekitar rumah.
Saat malam tiba, mereka bertahan hidup gelap gulita selama beberapa tahun dan baru mendapatkan sedikit aliran listrik belum lama ini.
Sobirin, bapak kandung Jodi, telah meninggal dunia beberapa tahun lalu karena terserang penyakit. Sementara ibu kandungnya, Ita, sudah kembali berkeluarga.
Lima orang itu, Jodi, Sati, Rakun, Dayat, dan Mulya, tinggal di satu rumah. Ada tiga ruang di dalamnya.
Masing-masing ruang hanya disekat menggunakan tripleks. Tidak ada besi, tetapi kayu untuk penyangga tiap sudut rumah dan plafon.
Bagian atap yang berbahan genteng bercampur asbes pun banyak yang tampak rusak.
Angin dan air pada saat musim hujan mudah masuk hingga menggenangi permukaan lantai tiap ruang.
Terlebih kamar tidur Jodi yang dekat dapur. Namun, bukan dapur seperti umumnya, melainkan ruang kecil beralaskan tanah untuk menyimpan tumpukan bata menyerupai tungku dan beberapa potong kayu bakar untuk memasak.
Selama 12 tahun, Rakun dan Sati menjaga anak cucunya di rumah sederhana itu. Setiap hari, mereka harus saling berbagi kesempatan istirahat di dalam bangunan seluas sekitar 3 X 6 meter persegi.
Rakun seorang diri yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia pun berkerja serabutan dengan penghasilan yang jauh dari kebutuhan.
Selama ini mereka hanya mengandalkan bantuan pemerintah setiap bulan untuk dapat makan nasi.
"12 tahun di sini. Pokoknya kerja apa aja yang ada untuk makan. Jadi ga ada punya kerjaan yang matok. Makan pun seadanya, kalau asin ya asin (ikan asin), kalau garam ya hanya garam, kalau cabe, ya cabe, ya gitulah," kata Rakun.
Guru Jodi, Rohayatun, menceritakan bahwa Jodi berangkat ke sekolah menggunakan pakaian bermain dan belum mandi karena tidak ada air di rumahnya.
Awalnya Jodi sering main ke sekolah menggunakan pakaian bermain yang kotor setiap pagi.
Dia tidak punya sandal sehingga selalu telanjang kaki. Saat main di sekolah, dia kerap memperhatikan anak-anak sekolah dari luar gerbang. Akhirnya, sejumlah guru mendekatinya untuk mengajaknya sekolah.
"Kemudian Bu Dini mengajak saya belanja beli baju (seragam). Kami beli baju, belanja semua kebutuhan Jodi. Pas hari Selasa, saya tungguin enggak datang-datang. Tiba-tiba rada siang dia main ke sekolah, dan saya bujuk akhirnya mau," kata Rohayatun.
Rohayatun kemudian memandikan Jodi di kamar mandi ruang guru. Dia menggantikan pakaian bermain yang kotor dengan seragam merah putih yang baru dibeli.
Rohayatun memakaikan sepatu, tas, dan semua kebutuhan belajar Jodi. Tidak cukup sampai di situ, dia dan sejumlah guru di sekolah itu juga memberikan sarapan untuk Jodi.
"Saya suapin makan pakai ayam. Kata Jodi enak, kalau di rumah makannya pakai lauk asin (ikan asin). Saya sedih. Apalagi pas minum susu, enggak tahu pernah minum susu atau enggak karena minumnya langsung habis tanpa jeda. Sedih banget lihatnya, saya kasihan," ungkap Rohayatun.
Guru olahraga di SDN Margabakti ini bersama guru-guru di sekolah rela memandikan Jodi setiap pagi.
Mereka juga yang memakaikan seragam, kaus kaki, hingga sepatu untuk Jodi.
Mereka rela menjadi orangtua asuh Jodi semata-mata hanya ingin memenuhi hak pendidikan bagi Jodi.
Mereka tidak ingin Jodi bernasib sama seperti kakak-kakaknya, kedua orangtua, hingga kakek neneknya, yang tidak sempat mengenyam pendidikan secara memadai hingga tinggi. Sebagian besar keluarganya putus sekolah. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Kisah Bocah 7 Tahun ke Sekolah Pakai Baju Kotor dan Tanpa Alas Kaki, Ini Faktanya"
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar