GridPop.ID - Warganet tengah dihebohkan dengan cerita horor yang viral di media sosial.
Kisah horor berjudul KKN di Desa Penari tersebut bermula dari thread milik akun Twitter bernama @SimpleM81378523 yang dipublikasikan pada 24 Juni 2019 lalu.
Tak butuh waktu lama, thread tersebut ramai-ramai dibagikan oleh warganet bahkan hingga dibahas di media sosial lainnya.
KKN di Desa penari-
Horror Story-@bacahorror #bacahorror pic.twitter.com/QM0zY8m9rj
— SimpleMan (@SimpleM81378523) June 24, 2019
Namun sebenarnya, bagaimana bisa diri kita begitu sangat tertarik dengan rasa takut maupun penasaran dari cerita horor itu sendiri?
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (31/8/2019), kisah horor memang selalu memiliki panggung dan mendapat banyak respons yang tak sedikit dari warganet.
Salah satunya vlog Jurnal Risa yang merupakan konten dari Risa Saraswati itu mampu menarik perhatian warganet.
Baca Juga: Dulu Kaya Raya dan Dipuja, Kini Artis Kawakan Ini Harus Jualan Singkong Demi Sesuap Nasi
Dalam video vlognya, Risa Saraswati dan timnya melakukan kunjungan hingga mengulas tempat-tempat yang dianggap seram dan berhantu.
Biasanya tak kurang dari 3 hari, video tersebut sudah mampu menancap di trending Youtube.
Menanggapi hal itu, Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof Koentjoro mengungkapkan bahwa tingginya respons masyarakat terhadao kisah-kisah horor diakibatkan karena adanya rasa pervaya terhadap hal gaib.
"Jin itu menurut agama itu ada. Tetapi, apakah yang ada dalam vlog atau kisah horor ini beneran bisa disebut jin?" ujar Koentjoro saat dihubungi, Jumat (30/8/2019).
Ia pun memberikan permisalan, yakni adanya sepeda Nabi Adam di Jeddah, Arab Saudi.
Beberapa orang ada yang percaya bahwa sepeda itu benar ada dan dipakai Nabi Adam pada masanya.
Di sisi lain, ada yang beranggapan bahwa menurut logika, zaman Nabi Adam belum ada teknologi atau penemuan sepeda.
"Nah, karena sudah percaya, akhirnya masyarakat secara langsung sudah ada dua golongan, dari kelompok percaya dan kelompok tidak percaya," ujar Koentjoro.
Kehadiran panggung horor di dunia maya
Selain itu, adanya platform media sosial memberikan efek echo chamber (pengulangan hal dalam sistem tertutup) yang membuat kisah horor semakin populer bagi masyarakat.
"Akibatnya, apabila ada echo chamber berarti ada saling penguatan antara kelompok yang percaya, akhirnya yang tidak terjadi menjadi terjadi (ada)," ujar dia.
Jadi, menurut Koentjoro kisah-kisah horor yang viral di media sosial merupakan permainan fiksi atau permainan menipu dari Bayes Kognitif (dua penafsiran berbeda).
Kemudian, kehadiran vlog dan kisah horor di media sosial mudah diterima masyarakat Indonesia, sebab mereka menyukai rasa penasaran, meski ada juga rasa takut dalam diri.
Misalnya, masyarakat yang tergabung dalam kelompok "percaya" akan hal gaib membuat rasa penasaran itu muncul.
Meski adanya rasa ingin tahu atau rasa penasaran dan mencoba mencari tahu dengan menonton vlog horor atau membaca kisah horor, hal itu dianggap wajar dalam ilmu psikologi.
"Barangkali ada displacement atau pengalihan obyek, dengan sesuatu yang tidak biasa. Sementara yang di vlog kan suatu yang biasa," ujar Koentjoro.
"Vlog menjadi sesuatu yang biasa, apakah itu permainan kamera atau lampu, yang menimbulkan rasa ingin tahu penonton," lanjut dia.
Dengan demikian, Koentjoro menjelaskan bahwa masyarakat dalam memandang kisah horor dalam versi tulisan atau video menimbulkan rasa ingin tahu.
Walaupun mereka tergolong dalam kategori percaya dan tidak percaya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Cerita KKN di Desa Penari, Membedah Rasa Takut Vs Penasaran dalam Kisah Horor"
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar