GridPop.id - Beberapa waktu lalu arsip nasional Jepang mengumumkan nama 3.607 Anggota Angkatan Darat Kekaisaran Jepang paling tersohor Unit '731' .
Mereka bertanggung jawab atas serangkaian uji coba kimia pada para tahanan perang di Tiongkok, sebelum dan selama Perang Dunia II berlangsung.
Katsuo Nishiyama, profesor dari Shiga University of Medical Science, yang memimpin tim pencari fakta kejahatan perang Unit 731 menuturkan:
"Secara resmi, untuk pertama kalinya publik mengetahui detil nama dan alamat lengkap para aktor di balik Unit 731" ujar Nishiyama pada The Japan Times.
Kejahatan yang dilakukan unit rahasia '731' telah lama dikubur dari sejarah peradaban Jepang.
Selama periode Perang Dunia II berlangsung, sejarah mencatat Nazi di Jerman dan unit '731' di Jepang bertanggung jawab atas serangkaian 'perang kuman' di negara jajahan masing-masing.
Perang kuman merupakan bentuk pembunuhan massal yang menggunakan para tahanan perang pada serangkaian uji coba kimia dan nuklir.
Tercatat sekitar 12.000 korban, terdiri dari pria, wanita dan anak-anak, tewas dibunuh dalam uji coba yang dilakukan Unit 731 di kamp yang berbasis di distrik Pingfang. Dan itu belum merujuk banyak daerah lainnya.
Para tahanan perang unit 731 dibedah tanpa menggunakan bius.
Baca Juga: Michael Schumacher Siuman Setelah 6 Tahun Koma! Begini Kondisinya Usai Alami Keajaiban
Tubuh mereka secara sengaja diinfeksikan berbagai penyakit, dijadikan bahan percobaan berbagi virus, kuman dan bakteri.
Organ tubuh korban '731' dikeluarkan saat sang korban dalam keadaan hidup.
Para tahanan perang di Tiongkok dijadikan bahan percobaan ranjau dan granat.
Sementara itu, pemimpin unit '731', Letnan Jendral Shiro Ishii, memperoleh kekebalan hukum paska membocorkan seluruh data 'perang kuman' pada Amerika Serikat meski ia dituntut bersalah oleh Pengadilan Militer Internasional.
Ketika ditanya dampak apa yang diharapkan Katsuo Nishiyama dan tim pencari fakta kejahatan perang Unit 731, dengan tegas ia menjawab:
"Saya percaya Unit 731 memiliki tanggung jawab secara kolektif mempertanggung jawabkan kejahatan perangnya. Dan kejahatan itu harus ditebus agar hal serupa tidak terulang kembali," papar Nishiyama tegas.
(*)
Komentar