Saat itu, dia melihat ada yang berbeda pada sosok keponakannya yaitu berbusana tertutup hingga wajah. Padahal sebelumnya berpakaian biasa.
Perubahan itu pun mengundang tanya tetangga sekitar. Namun, mereka tidak terpikir atau mencurigai FA terpapar paham radikal.
"Yang beda itu ya pakaiannya itu. Dia tinggal sebulan di rumah dari sejak Lebaran. Setelah itu berangkat kerja lagi ke Jakarta. Setelah itu, tak ada komunikasi atau kabar lagi dari Pipit," ungkapnya.
Seorang tetangga yang meminta namanya disimpan memberi penjelasan senada.
Satu yang pasti, dia merasa kaget kalau Pipit sampai nekat melakukan penyerangan terhadap Wiranto karena keluarga Sunarto diketahui tidak neko-neko.
Perangkat Desa Sitanggal, Wartono, menambahkan FA memang dikenal tertutup.
Dari laporan yang diterimanya, FA tidak pernah berbaur dengan warga kampungnya.
Sehingga tak banyak yang diketahui tentang kepribadian pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto itu.
"Anaknya tertutup, keluarga dan tetangga cerita demikian. Sekolah hanya SD atau SMP gitu. Setelah itu merantau kerja ke Jakarta," jelas Wartono.
Sejumlah aparat berjaga mulai dari pintu hingga sekeliling rumah FA dan juga menggeledah isi rumah tersebut.
Informasi yang dihimpun Tribunjateng.com, petugas kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti yang menguatkan dugaan Fitria Diana terpapar paham radikal.
Perangkat Desa Sitanggal, Wartono, mengatakan polisi menyita barang bukti berupa enam anak panah, satu busur, dan satu dus buku-buku.
Namun, dia tidak tahu pasti judul dan isi buku yang diamankan petugas.
"Tadi saya lihat ada enam anak panah, busur, dan buku satu dus yang diamankan polisi.
Cuma saya tidak tahu buku itu judul dan isinya apa saja," tuturnya. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jateng |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar