GridPop.id - Kasus penusukan Menteri Koordinator Bidang Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengundang berbagai reaksi.
Wiranto ditusuk oleh pelaku pasangan suami istri pada Kamis (10/10/2019).
Wiranto ditusuk saat berada di Alun-alun Menes, Pandeglang setelah setelah meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar.
Kedua pelaku diketahui bernama Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan Istrinya dan Fitri Andriana.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan bahwa penusuk Menko Polhukam Wiranto, merupakan anggota kelompok terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.
"Dari dua pelaku ini kami sudah bisa mengindentifikasi bahwa pelaku adalah dari kelompok JAD Bekasi," ujar Budi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Ia menambahkan, pelaku yakni Abu Rara, dulunya anggota JAD dari Kediri, Jawa Timur.
Ia kemudian pindah ke Bogor.
Setelah cerai dengan istrinya, Abu Rara pindah ke Menes, Pandeglang, Banten.
"Karena cerai dengan istri pertama pindah ke Menes. Dan difasilitasi oleh salah satu Abu Syamsudin, dari Menes, untuk tinggal di sana (Menes)," ucap dia.
JAD dibentuk pada 2015 silam oleh 21 organisasi teror yang mendeklarasikan kesetiaan pada Islamic State, seperti Majelis Indonesia Timur dan Barat, Ikhwan Mujahid Indonesi fil Jazirah al-Muluk, Khilafatul Muslimin, dll.
Sejak itu organisasi ini sudah berulangkali melancarkan serangan di tanah air.
JAD antara lain bertanggungjawab atas serangan bom Thamrin dan Kampung Melayu, bom di Polres Surakarta, penyerangan Mapolres Banyumas, bom panci di Bandung, baku tembak di Tuban, Jawa Timur, penyerangan pos kepolisian di Banten dan pengeboman Gereja Oikumene di Samarinda.
Pertautan Aman dengan ISIS mulai tercium publik ketika dia mengeluarkan fatwa jelang serangan bom Thamrin 2016 silam.
"Berhijrahlah ke negara Islam dan jika tidak mampu, maka berjihadlah di negara masing-masing," tulisnya.
Sejak 2017 silam pemerintah AS menempatkan JAD dalam daftar organisasi teror dan melarang semua perusahaan AS berurusan dengan kelompok tersebut.
Dalam aksinya JAD berulangkali menggandeng organisasi teror lain, Jamaah Ansharut Tauhid alias JAT yang merupakan kelompok pecahan Jemaah Islamiyah.
JAT yang dibentuk tahun 2008 oleh Abu Bakar Ba'asyir diyakini beranggotakan hingga 2.000 orang.
Namun menyusul penangkapan terhadap Ba'asyir, polisi mengklaim aktivitas JAT banyak berkurang.
Kali ini JAD diyakini menyiapkan rencana besar untuk menggandakan operasinya di Indonesia.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim JAD telah mendapat perintah dari Afghanistan terkait pemindahan operasi dari Filipina.
"Kalian harus tahu di dalam perintah dari Kabul, mereka akan memindahkan Marawi ke sini," ujarnya seperti dilansir Kompas.
Terpidana mati kasus terorisme Aman Abdurrahman pada 2014 memanggil sejumlah pengikutnya untuk melakukan pertemuan di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap.
Aman memanggil Abu Musa, Zainal, M Fachri, dan Khaerul Anwar.
Dalam pertemuan itu, Aman disebut menyampaikan beberapa hal terkait telah berdirinya Khilafah Islamiyah di Suriah, serta kewajiban umat Muslim mendukung baiat kepada Abu Bakar Al Bagdadi.
Dalam pertemuan itu, Aman juga menyampaikan perlunya membentuk wadah jemaah yang ada di Indonesia sebagai pendukung Khilafah Islamiyah.
Tujuannya, mewadahi orang-orang yang bersimpati dengan daulah Islamiyah yang ingin bergabung untuk menyamakan manhaz atau pemahaman dengan manhaz daulah Islamiyah.
Aman menunjuk Abu Musa menjadi pemimpin atau dikenal dengan amir jemaah pusat guna membentuk wadah tersebut.
Sedangkan Zainal ditunjuk sebagai amir jemaah Jawa Timur.
Abu Musa dan Zainal ditunjuk karena dinilai keduanya memiliki jemaah yang cukup banyak.
Komentar