GridPop.id - Kasus penusukan terhadap menkopolhukam Wiranto berkembang menjadi bola liar.
Kini, video detik-detik Wiranto diserang di Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019) siang kembali beredar.
Jika sebelumnya beredar video itu tampak samping, kali ini aksi itu terekam jelas dari depan.
Tak hanya itu, sosok pria yang menusuk Wiranto pun bisa terlihat jelas mulai dari ekspresinya saat mendekat hingga Wiranto terjatuh.
Video itu pun mematahkan tudingan bahwa insiden itu hanya rekayasa semata.
Sebab pada video itu terekam aksi brutal yang dilakukan pelaku terhadap Wiranto.
Sutradara sekaligus Komika Ernest Prakasa pun menilai, sadis jika insiden itu dianggap rekayasa.
Apalagi, akibat serangan itu Wiranto menderita dua luka tusukan.
Atas kejadian ini media sosial pun dibanjari pemberitaan mengenai Wiranto.
Publik ramai sekali membahas soal penusukan terhadap Wiranto.
Dari banyaknya publik yang bersimpati atas musibah itu, rupanya ada yang menganggap kejadian tersebut sebagi rekayasa.
Putri Amien Rais, yakni Hanum Rais disebut-sebut menuding insiden tersebut rekayasa.
Hanum Rais memang tak menulis bahwa Tweet-nya itu untuk kasus Wiranto, namun ia dianggap menujukan untk Wiranto dan kini telah dilaporkan ke polisi.
Kini Hanum Rais dilaporkan oleh Relawan Jam'iyyah Jokowi-Maruf Amin ke Bareskrim Polri.
Hanum Rais dilaporkan karena dianggap telah menyebarkan berita bohong terkait peristiwa penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto pada Kamis (10/10/2019) melalui akun Twitter.
Koordinator Jam'iyyah Jokowi-Ma'ruf Amin, Rody Asyadi mengatakan, pihaknya melaporkan Hanum karena melihatnya sebagai figur publik, sehingga tidak boleh sembarangan dalam memberikan pernyataan.
"Banyak masyarakat yang sudah simpatik (dengan peristiwan penusukan Wiranto), tapi dia memberikan statement bahwa ini hanya rekayasa, settingan, hanya untuk menggelontorkan dana deradikalisasi," ujar Rody di Bareskrim Polri, Jumat (11/10/2019).
Ada pula yang malah senang Wiranto ditusuk.
Psikolog Sosial Hening Widyastuti mengatakan penyerangan Wiranto dan komenyat publik erat kaitannya dengan kasus politis yang sifatnya rentan dan sensitif.
"Pak Wiranto menjabat sebagai Menko Polhukam, ada kaitan secara langsung atau tidak langsung, yang bertanggung jawab dengan situasi kondisi keamanan saat ini yang tidak stabil di Indonesia," ujar Hening Widyastuti.
"Kasus demo di mana-mana, serang-menyerang lewat media sosial maupun di lapangan antara pendukung yang satu dan yang lain, belum kasus kemanusiaan di Papua, dan lain sebagainya," kata Hening Widyastuti.
Ada yang berpendapat kasus penusukan Wiranto hanya rekayasa karena tak melihat adanya darah.
Hal itu pun disayangkan oleh Ernest Prakasa yang cukup aktif berkomentar di media sosial.
Melalui akun Twitter-nya, Ernest Prakasa meretweet video yang diposting akun @kikasyafii.
Pada video itu, tampak penyerangan yang dilakukan terhadap Wiranto tampak dari sisi depan.
Terlihat Wiranto yang mengenakan batik hijau itu baru saja turun dari mobil hitam.
Ia sempat merapikan baju depannya sebelum bersalaman seseorang di depannya.
Secara tiba-tiba, pelaku yakni Abu Rara langsung berlari menghampiri Wiranto.
Abu Rara yang mengenakan baju hitam itu langsung menikam bagian perut kiri Wiranto.
Ia tampak menyerang Wiranto dengan sangat brutal.
Telihat tiga kali ia mengayunkan tangannya ke perut Wiranto, sebelum kemudian akhirnya ditarik oleh petugas.
Bahkan saat dipegangi oleh petugas, Abu Rara masih terus berontak dan ingin menyerang Wiranto.
Sementara Wiranto langsung lemas dan hampir tersungkur ke tanah.
Seorang pria berbaju hitam dan berbadan tegap langsung sigap memegangi kepala Wiranto agar tidak terbentur ke tanah.
"Coba lihat ini, kebangetan kalau masih bilang settingan atau drama.
Akui saja lebih BELA TERORIS dan kebiadabpannya dikarenakan kebencian pada pemerintah.
#NyalakanTandaBahaya," tulis akun @kikasyafii.
Video itu pun dikomentari oleh Ernest Prakasa.
Kalo liat ini, gw rasa agak terlalu sadis kalo bilang ini rekayasa.. https://t.co/GmN6gc5OBk
— #FilmIMPERFECT (@ernestprakasa) October 11, 2019
Menurut Ernest Prakasa, sangat sadis jika usai melihat video itu masih ada orang yang menganggap insiden tersebut sebagai rekayasa.
"Kalo liat ini, gw rasa agak terlalu sadis kalo bilang ini rekayasa..," tulis Ernest Prakasa.
Komentar