GridPop.ID - Penyerangan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto di Pandeglang, Banten pada Kamis (10/10/2019), mengejutkan banyak pihak.
Peristiwa penusukan Wiranto tersebut berlangsung begitu cepat dan sempat terekam dalam video amatir lalu viral di media sosial.
Akibatnya, Wiranto dan Kapolsek Menes mengalami luka pada bagian perut.
Brigjen Pol Dedi Prasetyo selaku Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri mengatakan peristiwa tersebut terjadi ketika Wiranto sedang melakukan kunjungan di Pandeglang.
"Kejadian tersebut siang tadi, pak Wiranto melakukan kunjungan di Pandeglang, spontan ada masyarakat yang mendekat kemudian melakukan penyerangan, " kata Dedi Prasetyo dikutip dari Kompas TV via Tribun Bogor.
"Kapolsek terluka, pak Wiranto terluka," lanjut Dedi Prasetyo.
Dua tersangka yang ternyata adalah sepasang suami istri itu pun telah berhasil diamankan oleh polisi.
Tersangka SA, yang menusuk Wiranto diduga telah terpapar paham ISIS.
"Perempuan inisialnya FA, dari Brebes. Laki-lakinya atas nama SA alias Abu Rara kelahiran Medan, tahun 1968. Mereka yang laki-laki membawa senjata tajam," ungkap Dedi seperti dikutip GridPop.ID dari Kompas.com.
Usut punya usut, ternyata SA sudah lama diintai oleh polisi, namun belum bisa ditangkap.
Melansir dari Kompas.com, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan bahwa SA berada dalam kategori Taklim Khusus.
Istilah tersebut merujuk pada tahapan di mana orang-orang yang sudah mendapat penilaian cukup kuat dari tokoh perekrutnya untuk bergabung sebagai simpatisan.
"Ini baru masuk tahap ketiga, berjaga-jaga, belum ditemukan adanya persiapan atau bukti otentik untuk melakukan serangan," kata Dedi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).
Tahapan pertama merupakan tahap perencanaan awal yang berupa membangun komunikasi intens baik langsung (verbal) maupun tidak langsung (melalui media sosial).
"Di situ ada tokoh yang biasa rekrutmen kepada orang-orang yang memiliki simpati kepada perjuangan ISIS," kata dia.
Kemudian tahapan kedua diistilahkan mereka sebagai taklim umum, berupa ajaran-ajaran cara menyerang untuk mematangkan sisi mental dan spiritual yang bersangkutan.
"Taklim umum sudah kami lihat (terhadap SA), taklim khusus sudah kami pantau dan belum ada (rencana penyerangan)," kata dia.
Tahapan ketiga, Taklim Khusus, di sini lah tahapan SA berada.
Tahapan keempat diistilahkan mereka sebagai idat.
Pada tahap ini, latihan dilakukan untuk menyerang target, termasuk merakit bom.
Di tahap ini lah, polisi sudah bisa menangkap pelaku aksi terorisme.
Kemudian tahapan kelima yakni tahapan terakhir, mereka melakukan persiapan untuk melakukan penyerangan dengan sasaran yang telah ditentukan.
Sementara itu, pelaku SA, kata dia, hanya bersentuhan sekali dengan Abu Zee yang merupakan perekrutnya, pimpinan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.
Kelompok Abu Zee yang sudah ditangkap polisi tersebut sudah merencanakan dengan matang serangan yang akan dilakukannya.
"Kelompok Abu Zee sudah rencanakan matang. Targetnya sudah ada, kalau sudah tahapan idat, bukti perbuatan melanggar hukumnya, cukup. Sebab SA baru di tahap tiga, jadi kami hanya bisa monitor," pungkas dia.
Source | : | Kompas.com,tribun bogor |
Penulis | : | Bunga Mardiriana |
Editor | : | Bunga Mardiriana |
Komentar