Kondisi angin di Hiroshima, kata Wahyu, tak terlalu kencang.
“Kebetulan perfekturku enggak di pusatnya yang dilewati topan Hagibis. Tapi tetap kena anginnya,” ujar Wahyu.
Wahyu menceritakan, akibat typhoon Hagibis, transportasi di wilayah yang terkena dampak sempat tak beroperasi selama 2 hari.
“Enggak terlalu khawatir, karena memang bukan yang pertama kalinya Jepang dilewati badai topan,” kata Wahyu.
Sementara itu, lanjut dia, di wilayah lainnya, seperti di Kanto, Tokyo, bahan makanan di sejumlah toko habis diborong warga.
“Info teman di Kanto, dari semalam bahan makanan di supermarket ludes semua. Untuk persiapan bencana kali,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Jepang telah mengingatkan bahwa typhoon Hagibis menjadi topan yang kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Perfektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.
Saat itu, Topan Kanogawa tersebut menewaskan lebih dari 1.200 orang. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Typhoon Hagibis, Kesaksian WNI di Jepang soal Langit Berwarna Pink..."
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Bunga Mardiriana |
Editor | : | Bunga Mardiriana |
Komentar